Jatuh pada Hari Ini, Begini Sejarah Hari Kebangkitan Nasional 

- 20 Mei 2021, 14:05 WIB
Sejarah Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei, bersamaan dengan lahirnya organisasi Boedi Oetomo.
Sejarah Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei, bersamaan dengan lahirnya organisasi Boedi Oetomo. /PIXABAY/MichaelGaida
 
GALAJABAR - Tepat pada Kamis, 20 Mei 2021 diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
 
Dilansir Galajabar dari sumbarprov.go.id, Kebangkitan Nasional adalah tumbuh dan bangkitnya rasa semangat pada persatuan serta kesatuan juga nasionalisme.
 
Hari Kebangkitan Nasional diperingati demi menjaga kesadaran untuk dapat memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.
 
 
Hal ini sebelumnya belum pernah mucul di masa penjajahan Belanda ataupun masa penjajahan jepang.
 
Pada 20 Mei tersebut, terjadi peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 dan Ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
 
Ada beberapa tokoh yang memelopori adanya Kebangkitan Nasional, di antaranya adalah:
 
1. Sutomo
 
2. Ir. Soekarno
 
3. Dr. Tjipto Mangunkusumo
 
4. Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang sejak tahun 1922 menjadi Ki Hajar Dewantara
 
 
5. Dr. Douwes Dekker
 
Bermula saat tahun 1912 berdirilah sebuah partai politik pertama di Indonesia yang bernama Indische Partij.
 
Di tahun yang sama yaitu 1912 Haji Samanhudi pun mendirikan Sarekat Dagang Islam yang berada di Solo.
 
Dilanjutkan dengan K.H. Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah yang berlokasi di Yogyakarta.
 
 
Serta Dwijo Sewoyo serta rekan-rekan yang mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Boemi Poetra yang berada di Magelang.
 
Kebangkitan pergerakan nasional Indonesia sebenarnya bermula bukan dari Boedi Oetomo, melainkan yang mengawalinya adalah beridirnya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1995 di Pasar Laweyan yang ada di Solo.
 
Pada awalnya, serikat ini berdiri hanya untuk menandingi pedagang Cina yang saat itu mendominasi.
 
 
Namun berkembang menjadi sebuah organisasi pergerakan, memasuki tahun 1906 nama tersebut berubah menjadi Sarekat Islam.
 
Salah satu Komite Boemi Poetera yaitu Suwardi Suryaningrat meniliskan "Als ik eens Nederlander was" yang artinya "Seandainya aku orang Belanda".
 
Kemudian pada tanggal 20 Juli 1913, pemerintah Hindia Belanda diprotes keras lantaran merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda.
 
 
Lantaran tulisan tersebut, dr. Tjipto Mangunkusumo serta Suwardi Suryaningrat dihukum serta diasingkan ke Banda dan Bangka.
 
Namun karena dapat memilih, keduanya pun memilih untuk dibuang ke Belanda.
 
Setelah sampai di Belanda, Suwardi justru belajar banyak mengenai ilmu pendidikan.
 
 
Namun dr. Tjipto dipulangkan kembali lantaran sakit ke Hindia Belanda.
 
Saat ini Hari Kebangkitan Nasional pun diperingati pada tanggal 20 Mei seperti tanggal berdirinya Boedi Oetomo. (Penulis: Sartika Rizki Fadilah)***

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah