Ekonom INDEF Kritik Penanganan Covid-19: Indonesia Sakit Namun Ekonomi Disuruh Lari, Harusnya Lockdown

- 1 Agustus 2021, 20:55 WIB
Ekonom senior Indef, Didik J Rachbini.
Ekonom senior Indef, Didik J Rachbini. /Tangkap layar kanal Youtube Najwa Shihab./

GALAJABAR – Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Didik Junaidi Rachbini turut menyoroti penanganan Covid-19 di Indonesia khususnya dalam sektor ekonomi.

Didik menilai, anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang diluncurkan pemerintah untuk mengatasi dampak Covid-19 tidak efektif. Menurutnya anggaran PEN justru tidak mengubah apapun dari krisis yang terjadi.

Rektor Universitas Paramadina Jakarta ini menjelaskan, anggaran PEN dipatok sangat besar, yakni sekitar Rp600 – 700 triliun, namun realitanya penyebaran Covid-19 masih tinggi bahkan menjadi juara dunia.

Baca Juga: Mengejutkan! Dua Harimau Sumatera Koleksi Taman Margasatwa Ragunan Terpapar Covid-19

Sementara pertumbuhan ekonomi juga tak kunjung membaik ke arah positif.

“Pembiayaan PEN dan Covid ini cukup besar, Rp600 - 700 triliun, untuk pulihkan ekonomi sekaligus untuk tangani Covid. Tapi sekarang hasilnya malah Covid-nya juara dunia, tidak selesai selesai. Lalu, pertumbuhan ekonominya juga tetap rendah. Ini adalah kegagalan penanganan pandemi,” katanya dalam webinar, Minggu, 1 Agustus 2021.

Didik berpandangan, sejak awal pandemi seharusnya pemerintah mengambil keputusan lockdown bukan justru beralasan tidak mampu membiyai lockdown.

Baca Juga: Ini Deretan Atlet Indonesia dari Masa ke Masa yang Raih Medali Emas di Ajang Olimpiade

Karena kata dia, anggaran bantuan sosial pun sangat banyak, sehingga Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak perlu takut lockdown.

“Anggaran sosial ini banyak tapi keluhan sangat banyak. Dari biaya ini harusnya nggak perlu khawatir lockdown, tapi Presiden bilangnya nggak bisa, maka Covid-nya terus terbengkalai,” tuturnya.

Halaman:

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah