Tokoh Jangan Malah Ikut Memprovokasi Massa dengan Menyebar Hoaks

- 9 Oktober 2020, 14:35 WIB
WARGA menunjukkan stiker Jabar Saber Hoaks di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat, 7 Desember 2018. Jabar Saber Hoaks merupakan lembaga yang akan memverifikasi konten dan informasi hoaks khususnya di Jawa Barat.*
WARGA menunjukkan stiker Jabar Saber Hoaks di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat, 7 Desember 2018. Jabar Saber Hoaks merupakan lembaga yang akan memverifikasi konten dan informasi hoaks khususnya di Jawa Barat.* /ANTARA/

 

GALAJABAR - Seseorang yang dinyatakan sebagai tokoh oleh masyarakat harus memberikan contoh yang baik. Jangan malah melakukan provokasi terhadap massa dengan menyebar hoaks.
Sindiran itu dilontarkan pakar psikologi politik Prof Dr Hamdi Muluk MSi di Jakarta, Jumat 9 Oktober 2020.
Ia berpendapat, masyarakat harusnya disadarkan, diajak diajak untuk berpikir cerdas agar tidak cepat percaya hoaks, tidak cepat percaya teori-teori konspirasi.

Baca Juga: Tik Tok Kampanye Kesehatan Mental Lewat Teknologi
"Kita berharap tokoh-tokoh ini bersikap seperti negarawan, memberikan contoh-contoh yang baik kepada masyarakat, mementingkan negara dulu. Kalau dia sendiri tukang kompor ya repot, apalagi 'follower'-nya banyak, umatnya banyak,” ujar Hamdi Muluk dikutip galajabar dari Antara.
Menurutnya, provokasi ini biasanya terkait dengan dua hal utama, yakni hoaks atau "fake news", kemudian dilanjutkan ke teori konspirasi.
"Berita-berita bohong ini adalah yang paling sering, baru kemudian teori konspirasi, jika keduanya digabungkan untuk kemudian digiring ke arah provokasi," tambahnya.

Baca Juga: Ketua Fraksi Gerindra MPR RI Soepriyanto Meninggal karena Terinfeksi Covid-19
Ia mengingatkan pentingnya mengecek dulu kebenaran dari berita-berita yang ada, karena dengan teknologi sekarang hal tersebut bisa dimuat degan mudah.
"Bisa saja itu diedit sedikit-sedikit kemudian dimasukkan ke grup WA, ke sosmed. Covid sekarang juga gitu, anjuran pemerintah untuk pakai masker dan jaga jarak mereka malah bilang ’Covid itu tidak ada, konspirasi, akal-akalan China dan Yahudi biar kita wajib vaksin’, katanya. Kan seperti itu berita yang beredar," ujarnya.
Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) itu mengingatkan, untuk itu informasi yang ada itu diimbangi untuk menangkal-nya.

Baca Juga: UU Cipta Kerja Ancaman Bagi Dunia Pendidikan

Sejak dini
Untuk itu, Koordinator Program Master dan Doktoral di Fakultas Psikologi UI ini menyarankan bahwa literasi digital penting untuk dilakukan dini, sejak dari TK.
Karena. katanya, media sosial ini sangat susah sekali dikontrol dibandingkan dengan media-media yang lain. Karena sekarang medan pertempurannya adalah di internet, di media sosial.
"Kominfo, Badan Siber, BNPT, Polisi dan badan-badan keamanan itu harus melakukan monitoring dan sebisa mungkin ditangkal meskipun memang sulit. karena memang ini tantangan-nya sekarang. Nah Kominfo dan Badan Siber perlu untuk memantau ini, mana yang perlu dimatikan dan seterusnya," tutur dia.

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x