Bohong Merupakan Dosa Besar dan Sifat Orang Munafik

11 Februari 2021, 09:46 WIB
Ilustrasi berbohong. /Pexels/

GALAJABAR – Bohong merupakan bagian dari perbuatan tercela dan harus dihindari karena akan berdampak buruk terhadap pelakunya ditambah mendapat dosa dari Allah.

Melakukan kebohongan hanya diperbolehkan dalam perkara tertentu yang mempunyai tujuan baik, karena berbohong sebagai sarana untuk menempuh tujuan tertentu yang ingin dicapai. Terdapat kaidah fiqih yang berbunyi:

“Al wasa’il tattabi’ al maqashid fi ahkamihaa.”

Artinya: Segala jalan/perantara itu hukumnya mengikuti hukum tujuan (Lihat: Muhammad Shidqi Al Burnu, Mausu’ah Al Qawa’id Al Fiqhiyah, XII/199).

Allah dan Rasul hanya memperbolehkan kaum muslim berbohong terhadap tiga perkara semata yang bertujuan untuk bersiasat dalam perang, mendamaikan, dan menjaga hubungan baik.

Baca Juga: Everton vs Tottenham Hotspur : Laga Penuh Dramatis Saling Balas Ciptakan Gol

“Saya tidak mendengar ada keringanan dalam suatu kebohongan yang dikatakan manusia kecuali pada tiga perkara: dalam perang, mendamaikan antara manusia, pembicaraan pasangan kepada istrinya, dan pembicaraan istri kepada suaminya.” (HR. Bukhari no. 2692)

Maksud berbohong pada tiga perkara tersebut yakni bukan kebohongan murni, tetapi berbentuk ta’ridh, yakni ucapan yang tidak berterus terang. Akan tetapi melakukan kebohongan di luar tiga perkara tersebut maka dilarang.

Imam Raghib al-Ashfanni mengatakan bahwa bohong merupakan pangkal dalam ucapan. Hal ini karena pelakunya telah menyalahi ucapan dengan apa yang ada di dalam hatinya (Lihat: Al-Asqalani, FAth al-Bari, X/623).

Menurut Imam An-Nawawi, bohong dimaknai sebagai kabar sesuatu yang menyalahi kenyataannya (Lihat: An-Nawawi, Al-Adzkar, hal. 326).

Baca Juga: Kota Bandung Diperkirakan Turun Hujan dengan Intensitas Sedang pada Pukul 13.00 WIB

Kaum muslim dilarang untuk mengatakan atau berbuat sesuatu hal yang memang tidak diketahui karena itu sebagai perbuatan bohong.

“Janganlah kamu mengikuti apa saja yang tidak kamu ketahui. Sungguh pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawaban.” (TQS. Al-Isra: 36)

Imam asy-Syinqithi menafsirkan ayat tersebut bahwa manusia berdusta dengan apa yang sebetulnya tidak ia ketahui tetapi mengatakan tahu.

“Saya telah melihat. Padahal ia tidak melihat. Saya telah mendengar. Padahal ia belum mendengar. Aku tahu. Padahal dia tidak tahu. Demikian pula orang yang berkata atau beramal tanpa ilmu, tercakup dalam ayat ini.” (Asy-Syinqithi, Adhwa’ al-Bayan, III/145)

Baca Juga: Ingin Program Diet Anda Berhasil, Coba Lakukan 6 Kebiasaan Ini di Pagi Hari

Jika seseorang sudah terbiasa melakukan kebohongan dan menanggap hal itu sebagai perkara lumrah dan benar, maka ia akan dikenal orang sebagai pendusta serta Allah catat sebagai pendusta.

“Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)

Perbuatan bohong pun termasuk ke dalam salah satu tanda orang munafik.

“Di antara tanda munafik ada tiga: jika berbicara, dusta; jika berjanji, tidak menepati; jika diberi amanat, ia khianat.” (HR. Muslim no. 59)

Baca Juga: Mereka yang Kau Tulis (Chapter 22)

Rasulullah memerintahkan kaum muslim untuk berperilaku jujur dalam segala hal, karena akan membawa kepada kebaikan bagi pelakunya dan orang lain.

“Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke surga. Dan apabila seorang berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.” (HR. Bukhari no. 6094)

Orang-orang yang selalu berbuat jujur ada dalam kebaikan dan mudah menerima kebenaran, bahkan mereka mengajak kepada yang lain untuk berbuat baik.

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (TQS. At-Taubah: 119)

Baca Juga: Atalanta vs Napoli : Tuan Rumah Melaju ke Semifinal Coppa Italia

Berbuat jujur dalam segala hal tentu akan memperoleh manfaat bagi pelakunya dan diberikan balasan surga oleh Allah.

“Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.” (TQS. Al-Maidah: 119)

Maka mari mulai tinggalkan perbuatan yang selalu dijadikan alasan untuk berbohong, padahal Allah dan Rasul melarangnya. Berbuat jujur tentu akan memperoleh balasan kebaikan dan manfaat bagi pelakunya.***

Editor: Digdo Moedji

Tags

Terkini

Terpopuler