Dead Apple: Without Me (Chapter 2)

- 22 Desember 2020, 08:47 WIB
Ilustrasi seseorang memegang apel untuk buka puasa weton.
Ilustrasi seseorang memegang apel untuk buka puasa weton. /PIXABAY/congerdesign



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan seorang Dazai Osamu nampak menyembunyikan sesuatu dari istrinya, Oda Diana.
Diana tidak tahu apa yang akan terjadi. Tapi ada satu hal yang pasti.

Dari apa yang Dazai katakan, sebuah konflik yang mengerikan akan terjadi di kota indah tersebut.

Selamat menikmati manga karya Sadrina Suhendra

”I said I’d catch you if you fall.
And if they laugh then shut them all.”

Hana dan Diana terus tertawa sepanjang perjalanan.
Hingga Hana mendongak dan mendapati seorang Sakaguchi Ango bersama dengan beberapa bawahannya sudah menunggu di depan rumahnya.

“Oh, Ango!” sapa Hana.

Baca Juga: Kumpulan Ucapan Hari Ibu, Salah Satunya: Keinginanku Sederhana, Ingin Selalu Melihat Ibu Tersenyum

Ango memberi sinyal pada bawahannya untuk menurunkan senjata mereka.

Ia menyadari Diana sedang bersama Hana. Ia juga menganggap itu hal yang tidak baik jika anak kecil melihat senjata seperti itu.

“Diana, naiklah ke kamar! Mama akan menyusul. Tolong jangan turun sebelum Mama masuk, ya?” pinta Hana.

Diana pun menurut dan masuk ke dalam rumah sederhananya itu.

“Tumben mampir, Ango. Ada apa?” Tanya Hana.

Ango mengeluarkan dompet berisi surat izinnya. Ia menunjukan kartu pengenalnya. “Aku kemari sebagai Sakaguchi Ango dari Divisi Tindak Khusus.”

Bawahannya langsung menodong senjata mereka pada Hana, yang jelas membuatnya terkejut.

“Suamimu, Dazai Osamu menjadi tersangka pembawa Shibusawa Tatsuhiko ke Yokohama.”

Hana membulatkan matanya sempurna.

Baca Juga: 20 Ucapan Hari Ibu yang Bikin Air Mata Menetes, Ibuku Adalah yang Terbaik di Dunia Ini, Selamanya

Ia terkejut setengah mati. Ia tahu Dazai bukan tipe orang yang selalu berbuat seperti itu.

“Bohong,” lirih Hana. “Dazai tidak mungkin melakukan itu! Kau bohong, Ango! Kau bohong!” Teriak Hana yang tidak terima.

‘Ini akan sama seperti konflik tujuh tahun lalu.’
Kalimat Dazai sebelumnya langsung melintas di pikiran Hana. “Shibusawa Tatsuhiko,” lirih Hana.

“Konflik Kepala Naga,” lirihnya lagi, mengingat konflik berlumuran darah saat ia masih berusia enam belas tahun itu.

“Benar! Aku kira kami bisa menemukannya di sini. Tapi ternyata tidak,” ujar Ango.

Hana mengepal tangannya. Ia menahan tangisnya.

“SUAMIKU TIDAK BERSALAH!” Teriak Hana yang tetap tidak percaya dengan perkataan Ango.

Baca Juga: Kumpulan Ucapan Hari Ibu yang Bikin Haru Biru, Selamat Hari Ibu

Semua bawahan Ango langsung menghujani Hana dengan peluru. Mereka tahu Hana tidak akan mati semudah itu meski sudah dihujani peluru seperti itu.

Sepasang sayap yang terbentuk dari banyaknya pisau tajam menempel di punggung Hana dan melindunginya dari peluru-peluru itu.

“Kemampuan Khusus : Dewi Bencana - Sayap Dewi Kematian!” lirih Hana geram.

Ango sedikit panik. “Hana, apa kau paham dengan kondisinya?! Siapa pun yang melawan Divisi Tindak Khusus akan ikut kami hukum!”

“Nah Ango, kau tahu aku masih menjadi bagian dari Port Mafia, bukan?” Gumam Hana.

“Port Mafia adalah penguasa pemerintahan bawah dan malam.

Dalam kondisi seperti ini, harusnya Port Mafia sudah mengambil alih pemerintahan. Siapa pun yang menentang kami, akan kami bunuh dengan tangan kami sendiri!”

Baca Juga: Objek Wisata Jaya Ancol Tutup pada Saat Libur Natal dan Tahun Baru

“Hana, hentikan!” perintah Ango. “Nyawamu juga dalam bahaya. Apa kau tidak menyadarinya?! Putrimu pun memiliki kemampuan khusus, bukan?

Semua orang yang memiliki kemampuan khusus sedang dalam bahaya. Itu karena Dazai membawa kembali orang itu.”

Hana terdiam dan menjatuhkan lututnya. “Tidak mungkin,” lirihnya. Hana tidak percaya jika Dazai akan mengingkari kata-katanya lima tahun lalu.

Apalagi, kata-kata itu langsung dirangkai di depan kakaknya, Oda. Ia sudah berjanji akan selalu berpihak pada kebaikan.

“Apa Dazai sempat meminta sesuatu?” Tanya Ango. Hana yang hanya bisa terduduk seraya menunduk pun menggelengkan kepalanya pelan.

Pisau-pisau yang membentuk sayapnya pun langsung jatuh dan berhamburan.

Baca Juga: Di Penghujung Tahun, Kasus Covid-19 di Kota Cimahi Nyaris Tembus 2.000 Orang

Tapi, ‘apa ini?’ Hana sempat menanyakan sebungkus obat yang ada pada nakasnya. ‘Ah, itu penangkal racun. Aku meminta itu dari Paman Mori.’

Hana tiba-tiba tersentak. “Kenapa harus meminta penangkal racun pada bos? Bukankah Dokter Yosano dari Detektif Bersenjata juga bisa membuatnya?” gumam Hana dalam hati.

“Ada apa? Apa kau baru meyadari sesuatu?” tanya Ango saat melihat Hana yang tersentak.

Hana pun menggelengkan kepalanya, tidak ingin memberitahu apa-apa tentang hal yang baru ia sadari.

“Kalau begitu, kami akan mencari Dazai. Kami juga sudah meminta bantuan dari Agensi Detektif Bersenjata. Aku hanya ingin kau berpikir luas, Hana.

Coba pikirkan apa yang akan kakakmu lakukan jika sekarang ia sedang bersamamu.” Ungkap Ango, membuat Hana kembali terkejut.

Baca Juga: Terungkap! Sejarah Luka Gores di Wajah Petarung UFC, Jose Aldo

“Dia akan memihak pada kebaikan dan lebih memilih untuk menyelamatkan nyawa keponakannya dari pada nyawa sahabatnya sendiri. Kau tahu putrimu pun sedang dalam bahaya.”

Dengan itu, Ango pun pergi meninggalkan Hana yang masih terduduk di tanah.

Di sisi lain pintu, Diana mendengar semuanya. Ia tidak menuruti kata-kata ibunya.

Meski tidak paham apa yang sedang terjadi, ia tetap yakin bahwa ibunya sedang dalam bahaya.

Jadi dengan kemampuan khususnya, ia mencoba untuk berkomunikasi melalui Kristal Kenangan yang ia buatkan untuk orang tersebut.

“Paman Chuuya!” teriak jiwanya. Chuuya yang berada di sisi lain kota bisa mendengarnya.

Dazai pernah meminta Diana untuk membuat Kristal Kenangan untuk Chuuya jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak terduga seperti sekarang.

Baca Juga: Jalani Tes Usap, Ada Apa dengan Kesehatan Ardi Idrus?

“Diana? Ada apa? Kemana Mama atau Papamu?” tanya Chuuya yang bingung.

“Mama,” Diana mulai gemetar karena ingin menangis. Itu membuat Chuuya sedikit tak tenang.

“Ada apa? Apa yang terjadi?” tanya Chuuya yang mencoba sebisa mungkin untuk terdengar tenang.

“Mama dalam masalah,” lirihnya. Diana pun menjelaskan apa yang ia lihat dan dengar.

“Paman akan segera ke sana!” ucapnya.

“Apa Papa akan baik-baik saja?” tanya Diana tiba-tiba.

Chuuya terdiam sejenak. Ia tahu apa yang sedang terjadi. Bosnya memberitahu semua, mengingat Hana dan Chuuya sama-sama eksekutif dari Port Mafia.

Baca Juga: Stoom Walls Gilas 9.721 Botol Miras, Bau Alkohol Menyengat di Pemkab Bandung Barat

Tapi di sisi lain pula, Chuuya tahu seperti apa sifat Dazai. Meski ia sangat-sangat membencinya, ia tahu Dazai tidak akan melakukan hal sekeji itu.

“Diana, kau tahu Papamu seperti apa, bukan?” tanya Chuuya yang dibalas oleh gumaman singkat dari Diana.
“Percayalah, dia melakukan semua ini demi melindungi Diana. Sama seperti cerita-cerita yang pernah Diana dengarkan, ia adalah seorang pahlawan.

Sekarang Diana kembali ke kamar dan jangan keluar. Apa Diana mau menurut sekarang?”

“Iya, Diana akan menurut.”

“Gadis pintar! Paman akan segera ke sana.”

Dengan itu, Diana memutus kemampuannya. Chuuya mengepal tangannya kuat-kuat. “Dazai,” geramnya.

Tidak peduli sebanyak apa mereka memberi tahu Hana tentang kenyataan pahit yang ada, Hana akan tetap memilih kebohongan manis yang Dazai buat dengan Hana.

Hana menolak untuk percaya pada semua fakta yang telah Ango sampaikan.***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah