Dead Apple: Without Me (Chapter 1)

- 21 Desember 2020, 10:16 WIB
Ilustrasi seseorang memegang apel untuk buka puasa weton.
Ilustrasi seseorang memegang apel untuk buka puasa weton. /PIXABAY/congerdesign


GALAJABAR - Berikut ini adalah serial manga berjudul Dead Apple: Without Me (Chapter 1) karya Sadrina Suhendra.

Selamat membaca...

Found you when your heart was broke.

I filled your cup until it overflowed.

“Mama!” panggil seorang gadis kecil saat mendapati wanita yang ternyata ibunya itu tertidur dengan posisi yang lumayan mengkhawatirkan. Wanita itu terduduk di tanah dengan kepala yang bersandar pada batu nisan yang ada di sampingnya.

Wanita itu membuka matanya perlahan. Ia sedikit mengerang karena rasa sakit pada tubuhnya. Ia sudah terlalu lama tertidur dengan posisi seperti itu.

“Diana?” panggil wanita itu, memastikan kalau yang memanggilnya tadi adalah putrinya.

Setelah pandangannya nampak lebih jelas, ia melihat putrinya sedang menggandeng tangan seorang pria yang mengenakan jas panjang berwarna cokelat tortilla.

Baca Juga: 10 Jenis Makanan Nutrisi untuk Ikan Cupang, Mulai dari Makanan Beku, Pelet, Hingga Flake

“Apa tidurmu senyenyak itu, Hana?” tanya pria itu.

“Dazai,” lirihnya.

“Nah, Sayang!” Panggil Dazai pada putrinya itu. “Beri salam pada Paman Odasaku!” Titahnya seraya berjongkok, menyelaraskan tingginya pada bocah tersebut.

Diana pun tersenyum lalu berlari menuju makam pamannya tersebut. Bocah itu berjongkok.

Ia menaruh setangkai bunga lili putih lalu mengepal kedua tangannya seakan sedang berdoa.

“Paman Oda, ini Diana. Apa kabar? Diana sudah menjaga Mama sebaik mungkin. Jadi Paman tidak perlu khawatir."
 
"Ah, Papa juga mengajari Diana untuk mengendalikan kemampuan Diana. Punya kemampuan yang sama dengan nenek memang sangat menyulitkan, ya? Tapi, karena Diana suka gelembung, jadi Diana tetap berusaha menerimanya!”

Diana nampak terus bercerita di hadapan batu nisan bertuliskan ‘S. ODA’ itu. Dazai dan Hana yang melihatnya pun langsung tersenyum.

Baca Juga: Tips Aman Menanjak dan Menurun Saat Berkendara dengan Motor Offroad, Yuk Simak

Hana berdiri. Ia menatap dermaga Yokohama yang lumayan sibuk namun masih terlihat indah. Dazai mendekati istri dan anaknya itu.

“Diana-Sayang, apa kau masih ingat cerita yang pernah Papa ceritakan tentang Paman Odasaku?” Tanya Dazai pada putrinya.

“Iya, Diana ingat! Paman Odasaku itu orang yang menyelematkan Papa dari kegelapan dan membuat Papa bisa melihat dunia yang terang lagi!” Jawab Diana dengan senyuman lebarnya.

Hana langsung cemberut. “Apa? Jadi maksudmu, Nii-san tidak ikut menyelamatkanku juga?” Tanya Hana pada suaminya.

Dazai terkekeh. “Dia tidak ingin kau melakukannya, tapi kau harus tetap di sana untuk mengawasi Mori-san. Aku juga tidak tahu mengapa. Kau eksekutif penggantiku sekarang.”

“Paman Oda memang hebat!” Puji Diana tiba-tiba. “Andai Diana bisa bertemu dengannya! Diana ingin menjadi seperti Paman Oda!”

Baca Juga: Selebritas Dermawan di Tengah Pandemi, Dari Melanie Subono Hingga Song Ye-jin

Kalimat itu berhasil membuat Dazai dan Hana menjatuhkan rahang mereka.

Flashback, 7 tahun lalu…

“Nii-san! Nii-san!” Tangisan Hana pecah saat melihat tubuh hampir tak bernyawa kakaknya di pelukan Dazai.

Dazai sama terkejutnya. Ia tidak tahu harus apa. “Odasaku, apa yang harus aku lakukan?” Tanya Dazai.

Tangan Odasaku yang gemetaran pun berusaha untuk menggapai tangan adiknya. Hana pun langsung menggenggam tangan Oda itu.

“Berpihaklah pada mereka yang menolong orang-orang.” Dazai terkejut dengan kata-kata tersebut. “Nii-san?” Lirih Hana yang ikut terkejut.

Baca Juga: Putri Teman Vladimir Putin Tewas Setelah Terjatuh dari Lantai 15, Kecelakaan atau Bunuh Diri?

“Tak peduli apapun itu, kau harus bisa menjadi orang baik! Tolong mereka yang lemah! Lindungi mereka yang yatim-piatu!” Pintanya.

“Dan Hana,” genggaman tangan Hana semakin menguat. “Aku tidak akan melarangmu untuk tetap bertahan di sana. Tapi, kau juga harus tetap menjadi orang yang baik dan suka menolong.”

Hana hanya bisa mengangguk seraya menahan tangis. Oda melepas tangan yang Hana pegang lalu menangkup pipi Dazai.

“Kebaikan dan kejahatan itu hanya berbeda tipis. Tapi semua akan lebih indah saat kau berpihak pada yang baik.”

“Dazai, Hana, kalian harus saling melindungi!”

“Kenapa kau yakin akan hal itu?” Tanya Dazai.

Baca Juga: Daftar Tempat Kuliner Old School di Bandung yang Selalu Ramai Dikunjungi, Yuk Cek Segera

“Tentu! Lebih dari siapa pun, aku sangat-sangat yakin. Terlebih, kau mencintai adikku, bukan?” Tanya Oda membuat Hana dan Dazai mendongak.

“Lagipula, Hana adalah adikku. Dan kau adalah sahabatku.”

Took it so far to keep you close.
I was afraid to leave you on your own.

DING!

Suara dentingan jam pada mercusuar pelabuhan terdengar nyaring, menyadarkan Hana dan Dazai dari lamunan mereka. “Dazai,” lirih Hana.

“Apa, utsukushi josei?” tanya Dazai. Sudah bertahun-tahun Dazai menyebutnya dengan sebutan itu, tapi tetap saja itu membuatnya merona malu.

Baca Juga: Ini Lima Merek Mobil yang Raih Penjualan Tertinggi Selama Tahun 2020, Toyota Tertinggi

“Ie, lupakan!” tepas Hana. “Diana, mari kita pulang! papa harus kembali bekerja!”

“Aku akan melewatkan rapatku dengan detektif lainnya hari ini. Aku malas!” Dazai kembali berjongkok di hadapan putrinya.

“Nah, Diana! Papa akan melakukan pekerjaan yang lumayan sulit, jadi Papa tidak akan bisa pulang. Berjanjilah kau akan selalu menjadi gadis yang baik dan selalu melindungi Mama selama Papa tak ada, oke?”

Diana mengangguk. “Hm! Diana janji!” Dazai pun tersenyum lalu mencium kening putrinya itu. Ia berdiri, berniat untuk pergi.

“Kemana?” Tanya Diana yang khawatir. Ia memiliki firasat buruk. Ia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Tidak hanya padanya, tapi pada Dazai dan putrinya.

“Bukan apa-apa.”

Baca Juga: Daftar Tempat Kuliner Old School di Bandung yang Selalu Ramai Dikunjungi, Yuk Cek Segera

“Setidaknya beritahu aku!”

“Ini akan sama seperti konflik tujuh tahun lalu. Berhati-hatilah!” Dazai pun langsung berbalik dan pergi, Hana mulai khawatir. Ia terlampau khawatir.

“Papa!” Panggil Diana. Dazai pun berhenti lalu berbalik. Diana mendekati ayahnya itu lalu menarik tangan kiri Dazai.

Ia mengepal tangan tersebut lalu memejamkan matany. “Inouryoku, Dewi Pelindung! Kristal Kenangan!”

Sebuah cahaya kecil terpancar. Diana melepas tangannya. Terdapat sebuah bola kristal kecil berwarna kebiruan.
“Apa ini?” Tanya Dazai pada putrinya. Padahal Dazai sudah mengetahui apa itu.

Baca Juga: Ini Artis dan Legenda Olahraga Terkenal yang Meninggal Dunia di Tahun 2020

“Itu Kristal Kenangan. Terbuat dari gelembung yang tidak akan pecah kecuali jika Diana memerintahkannya."
 
"Bawa itu jika saat kerja Papa merindukan Diana. Berjanjilah, Papa akan kembali!”

Dazai yang terkejut pun langsung tersenyum. Ia mengacak surai putrinya itu.

“Tentu, Sayang. Papa pasti akan kembali secepatnya!”

Dazai pun meninggalkan tempat itu. “Mama, ayo kita pulang!” Ajak Diana. Hana pun tersenyum lalu mengangguk. “Ayo!” – ***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah