Cara Rasulullah Menghadapi Wabah, Konsep Isolasi Sudah Ada Dalam Islam

- 10 Februari 2021, 10:51 WIB
Ruang isolasi RW disiapkan untuk memudahkan warga yang menjalani isolasi mandiri
Ruang isolasi RW disiapkan untuk memudahkan warga yang menjalani isolasi mandiri /jakarta.go.id/


GALAJABAR – Kaum muslim perlu membedakan mana perkara umum yang netral, seperti ilmu pengetahuan sains dan teknologi, mana perkara yang memang Islam pun mempunyai solusinya atas hal tersebut.

Allah sudah menyatakan bahwa Islam adalah agama yang sempurna, artinya mengatur segala hal dan tidak mengenal waktu dan tempat, pasti akan terus berlaku, termasuk soal penanganan wabah.

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu.” (TQS. Al-Maidah: 3)

Akan tetapi Rasulullah pun menyatakan bahwa dalam urusan perkara mendetail seputar tsafaqah Islam (ilmu agama), ilmu pengetahuan, sains dan teknologi, diserahkan penanganannya kepada ahlinya.

Baca Juga: 5 Tips untuk Pengguna Mobil Matic Saat Terjang Banjir

“Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (HR. Bukhari no. 6015)

Maksud yang Rasulullah katakan di sana bukan berarti Islam tidak sempurna karena tidak mengatur segala hal, sehingga ada beberapa perkara cukup dikembalikan kepada ahlinya. Bukan seperti itu.

Akan tetapi, setiap orang tentu tidak akan ada yang dapat menguasai banyak bidang bahkan sampai tingkat ahli kecuali hanya beberapa. Namun Rasulullah mempunyai patokan dasar sebagai sunnah yang harus dilaksanakan oleh kaum muslim, termasuk soal menghadapi wabah.

“Ketika kalian mendengarnya (wabah) di suatu daerah, janganlah kalian mendatangi daerah tersebut. Dan jika wabah itu terjadi di daerah kalian berada, janganlah kalian pergi melarikan diri dari daerah tersebut.” (HR. Bukhari dalam Al-Jami’ Al-Shahih, IV/14)

Baca Juga: Simak Rincian Gaji PPPK 2021 Sesuai dengan Golongan

Itu adalah tuntunan Rasulullah dalam menangani wabah, yakni isolasi tingkat mikro sedini mungkin, terlebih ketika virus itu terdeteksi, maka segera melakukan penguncian terhadap wilayah sumber awal virus tersebut.

Dilarang ada mobilitas keluar masuk daerah tersebut serta kebutuhan dasar bagi yang terisolasi harus dipenuhi oleh negara.

Kejadian wabah ini pernah ada di masa Rasulullah pada 628 M dengan munculnya Tha’un Syirwaih. Lalu di masa Khalifah Umar bin Khaththab ada Tha’un ‘Amwas tahun 640 M yang membunuh 25.000 orang.

Kemudian pada masa Abdullah bin Al-Zubair hadir Tha’un Al-Jarif pada 691 M dengan korban meninggal sekira 70.000 orang setiap hari selama tiga hari.

Baca Juga: Waspada, BMKG Prediksi Bandung Hujan Rabu, 10 Febuari 2021

Disusul Tha’un Al-Futyat pada 709 M dan tha’un yang berjadi beberapa hari pada 753 M dengan korban meninggal sekira 1.000 orang setiap harinya. (Lihat: An-Nawawi, Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, I/147-148)

Khalifah Umar bin Khaththab (634-644 M) pernah melakukan suatu perjalanan bersama kaum muslim menuju Syam (saat ini Palestina, Suriah, Irak, Yordania, Lebanon). Namun ketika sampai di Sargh, Umar mendapat kabar bahwa Syam sedang dilanda wabah.

Kemudian Abdurrahman bin Auf segera memberitahu Umar bahwa Rasulullah pernah bersabda soal keharusan untuk menjauhi wilayah terdampak wabah, sebaliknya bagi penduduk terdampak, tidak boleh keluar karena efeknya akan menyebar semakin luas. Maka Umar pun berbalik arah kembali ke Madinah. (Lihat: An-Nawawi, Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, VII/466)

Allah pun menegaskan kepada manusia agar menjaga diri dengan baik dan jangan malah sengaja membuat diri binasa dalam bahaya.

Baca Juga: 11 Menu Makanan yang Wajib Ada Saat Perayaan Imlek, Serta Keistimewaannya

“Janganlah kalian jatuhkan diri kalian dalam kebinasaan.” (TQS. Al-Baqarah: 195).

Oleh karena itu tidak bisa dikatakan Islam tidak mengatur hal soal penanganan wabah/virus. Namun dalam cakupan teknis, operasional, ilmu pengetahuan, itu diserahkan kepada para ahli di dunia medis.

Sehingga munculah konsep 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan) dan 3T (testing, tracing, treatment) yang tercipta dari hasil penelitian medis.

Menyoal tentang mengapa harus pakai masker, jarak yang dijaga harus minimal 1-2 meter, cuci tangan, dan sebagainya. Semua itu adalah rincian ikhtiar yang pada dasarnya sudah Rasul letakkan konsep umumnya khusus dalam kasus penanganan wabah.

Pada akhirnya kembali kepada kedisiplinan masing-masing dan kepatuhannya sebagai seorang muslim, bahwa Allah dan Rasul sudah memerintahkan jangan membinasakan diri, tidak boleh memasuki wilayah wabah (zona dengan level tertentu), isolasi bagi yang tinggal di zona infeksi. Semua itu cara Rasulullah untuk mengakhiri wabah agar segera selesai.***

Editor: Digdo Moedji


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah