Benang Merah: Harapan dan Keistimewaan (Chapter 6)

- 24 Februari 2021, 13:44 WIB
 Pemandangan Sydney Opera House di Australia.
Pemandangan Sydney Opera House di Australia. /Unsplash/Johnny Balla/

GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, Ruby masih di ambang keterkejutan setelah Rose menyatakan bahwa ia menyukai Felix.

Sementara itu, Felix dibuat terkejut dengan pernyataan pesimis yang Ruby lontarkan. Namun, Felix dengan mudahnya menenangkan hati Ruby dengan mengatakan semua akan sulit saat kita jauh dari rumah.

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.

“Dengar! Kamu pernah gak sih ngerasain takutnya kehilangan seseorang yang kamu sayang?”
Semua langsung terasa hening. Hanya angin malam dan detak jantungnya sendiri yang bisa terdengar oleh Ruby. Ruby tidak tahu maksud dan makna dari pertanyaan itu, tapi mungkin, tanpa Felix sadari, itulah yang sedang hati kecil Ruby rasakan.

Mau menolak sekuat apapun, pada akhirnya Ruby menjadi sangat serakah pada perasaannya itu.
Tapi setelahnya, Felix kembali menghela napasnya. “Lupain aja,” pintanya. “Gak penting, lagian.”

Baca Juga: 7 Bahan Skincare yang Wajib Kamu Coba, Mencerahkan hingga Anti Penuaan bagi Kulit

Kalau pun Ruby memang menyukai Felix, hatinya tidak pernah berdegup sekencang itu. Ia jadi semakin gugup saat tahu Rose menyukai Felix.

Ruby menatap jemari Felix yang asik bergelut dengan keyboard laptopnya. Sesekali juga ia menatap bagaimana Felix meminum kopinya. Tapi, yang paling Ruby sukai adalah bagaimana manik bak berlian milik Felix memantulkan cahaya dari monitor. Ruby mulai ketakutan sendiri, mengingat Rose sepertinya sangat menyukai Felix.

Heningnya kampus mendominasi atmosfer di sekitar Ruby dan Felix. Tidak ada yang berani memecah atmosfer itu. Meskipun, samar-samar suara keributan terdengar dari ruang klub tenis putra yang katanya sedang kemah pelatihan.

Tidak mendengar apapun dari Ruby, bahkan gerak jemarinya pada laptop, Felix menatap Ruby tepat saat sang gadis menatapnya juga. Hening sesaat sebelum akhirnya Felix menatap Ruby dengan sangat aneh. “Ngapain diem aja? Cepet nugas, Ruby!” omelan Felix lagi-lagi kembali terdengar.

Halaman:

Editor: Digdo Moedji


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah