Mom and Dad, Ini Pentingnya Mengenali Diri Sendiri Sebelum Membantu Kebutuhan Anak

- 26 Januari 2022, 19:55 WIB
Ilustrasi ibu dan anak
Ilustrasi ibu dan anak /www.asiaone.com

GALAJABAR - Mengenali diri sendiri dan pasangan terlebih dahulu sebelum membantu kebutuhan anak, menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan oleh orangtua.

Hal tersebut harus dilakukan karena akan memengaruhi pola asuh kepada anak, juga sebagai salah satu upaya anak terhindar dari trauma rumah tangga.

Yang dapat dilakukan oleh orangtua agar anak terhindar dari trauma rumah tangga adalah dengan cara mengenal anak lebih baik, terbuka dengan anak agar dapat berkomunikasi dengan orangtua, menghormati anak dengan menghargai keputusan serta tidak menuntut terlalu sering.

Karena pola pengasuhan pada anak dipengaruhi oleh berbagai faktor kehidupan, salah satunya adalah hubungan suami istri di masa lampau, bahkan ketika mereka masa kecil.

Baca Juga: Fact or Fake? Ali Ngabalin Klaim Indonesia Kantongi Uang Banyak untuk Bangun Ibu Kota Baru di Kaltim

Psikolog dan konselor pernikahan, Dr. Adriana Soekandar Ginanjar, M.Sc., mengatakan belum semua orangtua menerapkan pola asuh yang cukup baik untuk tumbuh kembang anak di rumah.

"Di antaranya seperti pola asuh dengan kekerasan, baik itu secara verbal maupun non verbal serta banyak terjadi konflik antar orangtua di depan anak. Seringkali hal ini tidak disadari dapat menimbulkan kecemasan dan trauma yang terdalam bagi sang anak," ujar Dr. Adriana, dilansir dari Antara, Rabu 26 Januari 2022.

Adriana menjelaskan terdapat beberapa jenis trauma yang dialami oleh manusia, khususnya ketika berumah tangga. Trauma-trauma ini harus dikenali lebih awal agar ke depannya orangtua dapat memproses trauma menjadi bentuk emosi yang baik.

"Ketika dapat memproses emosi, tentunya akan membawa dampak yang lebih baik ke sekitar atau keluarga terdekat," kata Adriana.

Adriana menyebutkan, setidaknya terdapat tiga jenis trauma dalam berumah tangga yakni trauma akut, trauma kronis dan trauma kompleks.

Baca Juga: Serba-serbi Menarik Tentang  Imlek : Mulai dari Suara Petasan Sampai Larangan Memberi Uang Dalam Jumlah Ganjil

Trauma akut terjadi satu kali tetapi secara intens. Seperti adanya perceraian, bencana alam, pelecehan seksual yang terjadi di masa lampau atau masa kecil.

Trauma kronis terjadi berulang kali dalam jangka waktu yang panjang seperti mendapatkan kekerasan dari orangtua atau orang sekitar, perundungan, melihat kekerasan dan konflik orangtua.

"Sementara trauma kompleks merupakan kejadian yang beragam terdiri dari kejadian traumatis yang berbeda-beda," ucap Adriana.

Jika tidak diperbaiki, maka trauma di masa lampau ini dapat terus menghantui kehidupan sehari-hari para orangtua bahkan dapat berdampak pada pola asuh ke anak saat ini.

"Tentu kita sebagai orangtua tidak menginginkan hal yang sama atau hal yang buruk terjadi turun temurun ke anak kita," ujar Dr. Adriana.

Baca Juga: SERIUS! Temui Wali Kota Tangerang, Prilly Latuconsina Tertarik Gabung Persikota: Pemainnya Punya Potensi!

Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang juga mampu melatarbelakangi anak rentan terkena trauma dalam kehidupan. Seperti sifat anak yang terlalu tertutup, orangtua yang tidak memahami anak, dan orangtua yang seringkali merasa paling tahu atau paling benar.

Adriana juga mengimbau kepada orangtua untuk mengajarkan anak untuk bisa bersuara dan berpendapat di setiap kondisi, mulai dari hal-hal kecil yang ditemukan dalam keseharian. Orangtua juga harus bertindak sebagai detektif atau terus mencari tahu apa yang sebenarnya dibutuhkan anak.

"Mindful parenting untuk mencerna dan mempelajari emosinya agar dapat membuahkan perilaku yang baik juga kepada keluarga," jelasnya.***

 

Editor: Ziyan Muhammad Nasyith


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah