Prancis Perintahkan Para Pejabat Tinggalkan Turki Usai Erdogan Sebut Macron Perlu Perawatan Mental

26 Oktober 2020, 13:55 WIB
DailyMail /

GALAJABAR -Prancis menarik para pejabatnya dari Turki. hal itu merupakan buntut dari pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang menyebut Presiden Prancis Emmanuel Macron layak melakukan 'pemeriksaan mental' menyusul komentarnya tentang Islam.

Dikutip galajabar dari galamedia, Senin 26 Oktober 2020, reaksi keras terhadap komentar Presiden Emmanuel Macron mengenai Islam semakin meningkat dengan banyaknya kalangan muslim yang menuntut boikot terhadap Prancis.

Berbicara setelah tewasnya seorang guru, Samuel Paty pada 16 Oktober karena menunjukkan karikatur Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam pelajaran tentang kebebasan berbicara, Macron bersumpah Prancis takkan menyerah pada kartun.

Baca Juga: Terpendek, Surat Al Kautsar Arab, Latin, dan Terjemahnya

Macron lebih jauh mengatakan Paty 'dibunuh karena Islam menginginkan masa depan kita'.

Menanggapi komentar terbaru Macron tersebut Erdogan akhir pekan ini mendesaknya untuk melakukan 'cek kesehatan mental'.

Ia menyebut, Macron tak pantas memperlakukan jutaan kelompok agama berbeda dengan cara seperti itu.

Baca Juga: Selasa, Tim Penyidik Polri Akan Periksa 8 Tersangka Kebakaran Gedung Kejaksaan Agung

Prancis menyebut komentar Erdogan itu "tidak dapat diterima". Awal bulan ini, Macron mengatakan negaranya akan memerangi separatisme Islam dan mengancam untuk mengambil kendali atas beberapa komunitas Muslim di Prancis.

Otoritas Prancis mengumumkan pada hari Kamis bahwa tujuh orang akan diseret ke pengadilan atas konspirasi melakukan pembunuhan dan pemenggalan Paty.

Guru sejarah itu dipenggal kepalanya karena mempertontonkan kartun Nabi Muhammad dalam diskusi kelas kewarganegaraan tentang kebebasan berbicara awal bulan ini.

Baca Juga: Macan Tutul Betina yang Ditemukan Terluka di Ciwidey Akhirnya Mati

Paty menjadi sasaran bully atas pilihan materi pelajarannya. Ia memperlihatkan gambar yang sama yang memicu serangan berdarah oleh pria bersenjata di kantor majalah satir Charlie Hebdo lima tahun lalu.

Hubungan antara Macron dan Erdogan semakin tegang karena masalah geopolitik mulai dari sengketa maritim Yunani-Turki hingga konflik antara Armenia dan Azerbaijan.

Diplomat utama Uni Eropa, Josep Borrell menyebut komentar Erdogan pada hari Sabtu itu tidak dapat diterima dan mendesak Turki untuk menghentikan  konfrontasi berbahaya semacam ini.

Baca Juga: SM Entertainment Secara Resmi Mengumumkan Debut Girl Group Baru aespa, Bulan Depan!

Kemarahan pada Macron tumpah di jalanan sejumlah negara mayoritas muslim.
Di Deir Al-Balah di Jalur Gaza, warga Palestina membakar potret Macron, menyebut komentarnya sebagai 'serangan dan penghinaan terhadap Islam.'

Maher al-Huli, seorang pemimpin Hamas mengatakan,  “Kami mengutuk komentar Presiden Prancis ... dan siapa pun yang menyinggung Nabi Muhammad, baik melalui kata-kata, tindakan, gerak tubuh atau gambar.”

Sementara Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menuduh Macron menyerang Islam.

Melalui Twitter Khan menyebut sebagai pemimpin Prancis macron harusnya  menyatukan warga dan menolak ruang untuk ekstremis. Bukannya menciptakan polarisasi lebih lanjut  dengan marginalisasi yang mengarah pada radikalisasi.

Baca Juga: PM Pakistan Surati Mark Zuckerberg Minta facebook Blokir Konten Islamofobia

Di Libya, pengguna media sosial menyerukan demonstrasi pada Minggu sore. Mufti Sadek al-Ghariani, pemimpin agama kontroversial Afrika Utara mengatakan, “Jika seorang pemimpin muslim membuat pernyataan rasis dan permusuhan yang sama tentang Barat seperti yang dilakukan Macron tentang Islam, dia akan dituduh sebagai ekstremis, rasis dan teroris.”

Beberapa kota di Libya juga menggelar unjuk rasa yang diwarnai poster  bertuliskan slogan perjuangan dan gambar Macron yang dicorat-coret.

Di Tripoli, seorang demonstran Fatima Mahmoud (56) yang juga ibu rumah tangga menyatakan, “Sebagai muslim, kewajiban kami untuk menghormati semua nabi. Jadi kami mengharapkan hal yang sama dari semua agama lain.”***

Editor: Brilliant Awal

Sumber: Galamedia

Tags

Terkini

Terpopuler