Perusahaan Farmasi Kurangi Kuota Pengiriman Vaksin Covid-19, PM Italia Marah Besar

- 24 Januari 2021, 19:53 WIB
PERDANA Menteri Italia mengisolasi 15 provinsi di negaranya agar virus corona COVID-19 tidak menyebar luas.* /Kolase Antara dan AFP/Vincenzo Pinto
PERDANA Menteri Italia mengisolasi 15 provinsi di negaranya agar virus corona COVID-19 tidak menyebar luas.* /Kolase Antara dan AFP/Vincenzo Pinto /

GALAJABAR - Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, mengkritik keras beberapa perusahaan farmasi yang mengurangi kuota pengiriman vaksin Covid-19.

Diingatkannya,  berkurangnya jatah vaksin berpotensi melanggar kontrak pembelian vaksin Covid-19.

Seorang pejabat senior setempat mengatakan, Italia harus menyusun kembali program vaksinasinya jika ada masalah persediaan.

Baca Juga: Bupati Garut Sebut 42 Santri di Bungbulang Terpapar Covid-19

Sebagaimana dikutip galajabar dari Antara, pejabat tersebut menerangkan bahwa pemerintah harus memangkas kuota vaksinasi hariannya sampai lebih dari dua pertiga dari jumlah yang telah direncanakan.

Pfizer Inc, perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, minggu lalu mengatakan pengiriman vaksin Covid-19 ke beberapa negara Eropa akan terhambat karena ada perubahan lokasi produksi vaksin.

Namun, pemindahan itu diyakini akan mempercepat distribusi vaksin Covjd-19 ke depannya.

Baca Juga: Mengejutkan, Poirier Pukul KO McGregor

Seorang pejabat senior Pemerintah Italia pada Jumat (22/1) menyampaikan bahwa AstraZeneca Plc telah memberi informasi ke Uni Eropa (EU) soal akan ada pengurangan jatah vaksin ke EU sampa 60 persen karena ada masalah produksi.

"Ini tidak dapat diterima," kata Conte sebagaimana dikutip dari unggahannya di media sosial Facebook.

"Rencana vaksinasi kami ... telah disesuaikan dengan kontrak pembelian yang disepakati oleh perusahaan-perusahaan farmasi dan Komisi Eropa," kata Conte.

Baca Juga: Pemkot Cimahi Klaim 85 Persen Warga Sudah Terbiasa Memakai Masker

Italia saat ini menggunakan vaksin buatan Pfizer dan Moderna, sementara AstraZeneca masih menunggu izin pakai darurat di seluruh EU.

Pemerintah Italia mengungkapkan jatah vaksin yang dikirimkan Pfizer berkurang sampai 29 persen dari kuota yang telah disepakati pada minggu ini. Jatah pengiriman vaksin juga akan berkurang 20 persen minggu depan.

Kepala Dewan Kesehatan di Italia, Franco Locatelli, saat acara jumpa pers mengatakan pengiriman vaksin diharapkan kembali normal pada 1 Februari 2021.

Baca Juga: Dua Pelaku Curanmor di Pangandaran Dihadang Warga, Dikeroyok hingga Babak Belur

Namun, kuota harian vaksinasi di Italia telah menurun dari 90.000 dosis per hari pada dua minggu lalu jadi 20.000-25.000 per hari pada beberapa hari terakhir, kata Locatelli.

Pemerintah Italia mengancam akan menuntut Pfizer.

Conte mengatakan keterlambatan pengiriman vaksin oleh Pfizer lebih mengkhawatirkan. Jika pengurangan sebanyak 60 persen terjadi, Italia hanya akan menerima 3,4 juta dosis vaksin Pfizer. Padahal, Italia seharusnya menerima delapan juta dosis vaksin COVID-19 pada kuartal pertama 2021.

PM Conte menambahkan kepala perwakilan AstraZeneca di Italia telah mengonfirmasi kabar pengurangan itu saat perwakilan perusahaan itu bertemu dengan Menteri Kesehatan Italia Roberto Sperana dan Komisioner Satuan Tugas Khusus COVID-19 Domenico Arcuri, Sabtu (23/1).

Baca Juga: Satgas COVID-19 Jakarta Timur Mengamankan 10 Pasangan Mesum

"Keterlambatan itu merupakan pelanggaran serius terhadap kontrak, yang akan berdampak pada Italia dan negara lainnya," kata Conte.

"Kami akan menempuh seluruh jalur hukum yang tersedia, sebagaimana yang kami telah lakukan terhadap Pfizer-BioNTech," ia menambahkan.

Badan Obat-Obatan Eropa (EMA) akan mengeluarkan izin darurat untuk vaksin COVID-19 Pfizer pada 29 Januari dan Italia akan menyusun ulang rencana vaksinasinya setelah pengumuman tersebut.

Halaman:

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x