AS Akhirnya Terlibat Kontak Senjata di Afganistan, Seorang Anggota ISIS Tewas

- 28 Agustus 2021, 20:30 WIB
Marinir AS membantu proses evakuasi di bandara International Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan.
Marinir AS membantu proses evakuasi di bandara International Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan. /Reuters/

GALAJABAR - Pemerintah AS mengeklaim telah membunuh seorang "perencana" ISIS lewat serangan pesawat nirawak (drone).

"Indikasi awalnya adalah kami membunuh target. Kami tahu tak ada korban dari warga sipil," kata pihak militer AS tentang serangan drone itu dalam sebuah pernyataan, Sabtu 28 Agustus 2021.

Komando Pusat AS mengatakan serangan tersebut dilakukan di Nangarhar, provinsi sebelah timur Kabul yang berbatasan dengan Pakistan.

Baca Juga: Tayang Dini Hari Nanti, Berikut Link Streaming Tokyo Revengers Episode 21: Baji Ungkap Satu Rahasia

Tidak disebutkan apakah target serangan itu terlibat dalam ledakan bom di bandara.

Serangan AS itu dilakukan dua hari setelah afiliasi ISIS di Afghanistan mengaku bertanggung jawab atas ledakan bom di luar bandara Kabul.

Dari 92 korban tewas dalam ledakan bom bunuh itu, 13 di antaranya adalah tentara AS.

Peristiwa itu menjadi insiden paling mematikan bagi pasukan AS di Afghanistan dalam satu dekade terakhir.

Baca Juga: Api Membakar Rumah di Jalan Sadang Cinunuk, Suami Tewas, Istri dan Anak Balitanya Luka Bakar

Warga Jalalabad, ibu kota Nangarhar, mengatakan mereka mendengar sejumlah ledakan dari serangan udara pada Jumat (27/8) sekitar tengah malam.

Namun, belum jelas apakah suara ledakan itu berasal dari drone AS.

Gedung Putih mengatakan beberapa hari mendatang akan menjadi operasi evakuasi AS yang paling berbahaya.

Pentagon menyebut AS telah mengevakuasi 110.000 orang dari Afghanistan dalam dua minggu terakhir.

Baca Juga: 13 Tentara AS Tewas dalam Ledakan Bom ISIS di Kabul, Salah Satu Korbannya Tengah Menunggu Kelahiran Sang Anak

Juru bicara Pentagon John Kirby sebagaimana dikutip galajabar dari Antara, mengatakan AS yakin masih ada ancaman "spesifik dan kredibel" terhadap bandara Kabul setelah ledakan bom terjadi di salah satu gerbang bandara tersebut.

"Kami tentu siap dan memperkirakan berbagai upaya yang akan datang," kata Kirby kepada pers di Washington. "Kami tengah memantau ancaman ini, (yang) sangat, sangat spesifik, jelas secara terus menerus."

Akibat adanya ancaman keamanan, Kedutaan Besar AS di Kabul memperingatkan warga Amerika untuk menjauhi bandara dan mereka yang berada di gerbang-gerbang bandara diminta untuk segera meninggalkan tempat itu.

Baca Juga: Annisa Nur Arifah Wisudawan Berprestasi Ma'soem University

AS dan pasukan sekutunya sedang bergegas menyelesaikan evakuasi warga negara mereka dan warga Afghanistan yang rentan sebelum Selasa (31/8), tenggat yang ditentukan Presiden Joe Biden untuk menarik pasukan dari negara itu setelah dua dekade berperang dengan Taliban.

Sementara ribuan orang telah dievakuasi, jumlah mereka yang tak bisa meninggalkan Afghanistan jauh lebih banyak.

Kerumunan orang memenuhi kawasan di luar bandara untuk mencoba mendapatkan tempat dalam penerbangan evakuasi sejak Taliban mengambil alih Afghanistan pada 15 Agustus.

Pada Jumat, pasukan Taliban mencegah warga untuk mendekati bandara.

Baca Juga: Cristiano Ronaldo Bisa Pakai 2 Nomor Punggung Berbeda di Manchester United

Biden sebelumnya mengatakan dia telah memerintahkan Pentagon untuk merencanakan serangan terhadap ISIS-K, afiliasi ISIS di Afghanistan yang mengaku bertanggung jawab atas pengeboman pada Kamis (26/8).

Huruf "K" pada nama ISIS-K merujuk pada "Khorasan", nama lama wilayah itu.

Mereka muncul di Afghanistan timur pada 2014 dan merambah ke wilayah-wilayah lain, utamanya di utara.

Halaman:

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x