DLH Kota Cimahi Budidaya Larva Lalat Black Soldier Fly, Kurangi Beban Biaya Pembuangan Sampah

5 Oktober 2021, 19:59 WIB
Warga Kompleks Cipageran Asri, RT 04/RW 18, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara yang menamakan diri kelompok Gemi 0418 mengembangkan budidaya magot /Laksmi Sri Sundari/Galajabar/

GALAJABAR - Budidaya magot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF) kini menjadi salah satu upaya bagi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi, untuk mengelola sampah. Dari budidaya tersebut diharapkan bisa mengurangi timbulan sampah hingga 30 persen.

Berdasarkan data DLH Kota Cimahi, timbulan sampah di Kota Cimahi setiap harinya mencapai sekitar 270 ton. Dari jumlah tersebut, yang bisa diangkut ke TPA Sarimukti hanya sekitar 220 ton per hari.

"Target pengurangan sekitar 30 persen dari timbulan sampah di program strategi daerah tahun 2025," kata Kepala DLH Kota Cimahi, Lilik Setyaningsih Selasa  5 Oktober 2021.

Baca Juga: Partai Buruh Resmi Bangkit, PKS Beri Sambutan: Akan Jadi Mitra Sukseskan Perjuangan

Menurutnya, budidaya sampah tersebut sangat bermanfaat untuk pengelolaan sampah, dan bisa mengurangi beban biaya pembuangan sampah dari Kota Cimahi ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang cukup besar setiap tahunnya.

Beban biaya pembuangan sampah dari Kota Cimahi ke TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat mencapai Rp 16 miliar per tahun, dari total 220 ton sampah yang dibuang setiap harinya.

Sementara beban biayanya akan meningkat jika pembuangan sampah sudah dialihkan ke Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir sampah (TPPAS) Regional Legok Nangka, Kabupaten Bandung.

Baca Juga: Markas ISIS di Kabul Dihancurkan Taliban, Ustad Abdullah Haidir: Akhirnya Bukan AS yang Hancurkan ISIS

Berdasarkan hasil estimasi, biaya pembuangan sampah ke TPPAS Legok Nangka mencapai Rp23 miliar lebih setiap tahunnya. Estimasi pengeluaran biaya pengangkutan sampah dari Kota Cimahi itu hanya untuk Kompensasi Jasa Pelayanan (KJP) dan Kompensasi Dampak Negatif (KDN). 

Jika ke TPA Sarimukti, terang Lilik, biaya pelayanan yang meliputi pengangkutan, KJP, dan KDN hanya Rp 198.255 per ton. Sedangkan bila ke TPPAS dengan item serupa mencapai Rp. 423.168 per ton.

"Estimasi biaya ke Legok Nangka itu sudah dihitung dengan subsidi dari Pemprov Jabar. Kalau gak disubsidi bakal lebih besar lagi biayanya," ungkap Lilik.

Baca Juga: OPM Ancam Perang Berlanjut Jika Jokowi ke Papua, KSP Ngabalin Bagikan Potret Kedamaian Orang Papua

Dengan biaya besar tersebut, maka pihaknya akan terus mendorong budidaya magot untuk mengurangi beban sampah yang dibuang ke TPA. Seperti yang sudah dijalankan warga Kompleks Puri Cipageran, RT 04/RW 18, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara.

Pihaknya terus mendorong RW lainnya di Kota Cimahi untuk melakukan budidaya serupa. Bantuan seperti pembuatan rumah magot, dan pemberian ember siap disalurkan asalkan pihak RW menyediakan lahan.

"Kita baru bisa intervensi kepada 36 RW yang budidaya magot. Mudah-mudahan ke depan terus bertambah. Kita bantu buatkan rumah magot, asalkan lahannya disediakan," kata Lilik.

Baca Juga: Sebut Orangtuanya Mengizinkan Bekerja hingga Tak Pernah Menyuruh Segera Menikah, Prilly: Aku Belum Siap

Sebelumnya, Koordinator Rumah Magot Gemi 0418, Priambodo mengatakan, budidaya magot memiliki jasa untuk mengurangi beban sampah yang dibuang dari Kota Cimahi ke TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat.

Selama tiga bulan berjalan, kata Priambodo, dari budidaya magot itu pihaknya bisa membantu Pemkot Cimahi untuk mengurangi beban sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat mencapai 11 ton.

Ke depan pihaknya berencana akan melakukan pengembangan dengan menambah area dan biopon hingga 120. Targetnya, dari 120 biopon itu beban sampah yang dikurangi mencapai 60 ton per bulan dengan budidaya maggotisasi.***

Editor: Dicky Mawardi

Tags

Terkini

Terpopuler