Proses Belajar Secara Daring Tak Dapat Dilakukan, Selama Pandemi Guru PKBH Mengajar di Rumah Siswa

- 25 Juli 2021, 19:40 WIB
Seorang guru sedang mengajar siswa ABK di rumah siswa setelah para guru mendatangi rumahnya di  Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung.
Seorang guru sedang mengajar siswa ABK di rumah siswa setelah para guru mendatangi rumahnya di Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung. /Dokumen PKBH Bojongsoang/
GALAJABAR - Sebanyak 51 anak berkebutuhan khusus (ABK) dibawah binaan Pusat Kegiatan Belajar Hidayah (PKBH) Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung harus belajar di rumah masing-masing setelah pandemi Covid-19 melanda Indonesia. 
 
"Ada 10 guru yang  harus mendatangi rumah mereka karena proses belajar melalui daring sangat tidak memungkinkan. Sehingga tetap harus belajar melalui tatap muka di rumah para siswa ABK tersebut," kata Ketua Yayasan Hidayah Cecep Hidayat kepada  galajabar di Bojongsoang, Minggu  25 Juli 2021.
 
Cecep Hidayat menuturkan, dari satu guru itu harus membina 5 siswa ABK, dengan cara menemui para siswa tersebut di rumahnya selama pandemi Covid-19.
 
 
Menurutnya, puluhan siswa ABK dengan usia 7 tahun sampai 21 tahun itu merupakan warga terdekat dari lingkungan sekolah PKBH di Kampung Cibisoro, Desa Sumbersari,  Kecamatan Bojongsoang.
 
Di antaranya asal Desa Tegalluar, Buahbatu, Lengkong, Bojongsoang, Bojongsari Kecamatan Bojongsoang, selain warga Desa Sumbersari Kecamatan Ciparay. 
 
"Para guru yang bertugas mengajar ABK itu berasal dari bidang pendidikan luar biasa," katanya. 
 
 
Namun untuk kelangsungan belajar para siswa ABK itu, ia mengungkapkan, pihak sekolah mengalami kekurangan kelas. Dari tiga ruang kelas itu, digunakan untuk ruang komputer dan dapur, dan satu ruangan lagi untuk belajar siswa PAUD. 
 
"Satu ruang lagi digunakan untuk para siswa ABK. Satu ruang kelas yang ada juga disekat menjadi empat ruang belajar, satu ruang digunakan lima siswa dan satu guru," jelasnya.
 
Menurutnya, karena ruang kelas sangat terbatas, sehingga satu ruang kelas itu digunakan untuk tempat belajar para siswa dengan dibagi ruang belajar.
 
 
"Paling sedikit kita membutuhkan enam ruang kelas, setelah pendidikan khusus untuk ABK ini berdiri sejak 2016," katanya.
 
Cecep Hidayat mengungkapkan, para siswa ABK yang dibina di lingkungan sekolah itu, setelah pihak sekolah melakukan jemput bola ke rumah-rumah warga tersebut yang sebelumnya tidak sekolah. 
 
"Di antara mereka itu, sudah terlihat  remaja atau terlihat beranjak dewasa, namun tak pernah sekolah. Sehingga kita mengajak mereka untuk sekolah, khususnya bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus," tuturnya. 
 
 
Sebelum diajak sekolah, katanya, mereka diam di rumah, dan tak bergaul dengan anak-anak seusianya. 
 
"Mungkin ada kesan orang tuanya malu dan faktor ekonomi saat hendak menyekolahkan ABK tersebut. Selain itu karena faktor sarana dan prasarana atau lokasi sekolah yang jauh. Setelah diberikan pemahaman, akhirnya para orang tua mau menyekolahkan anaknya, walau dalam kondisi berkebutuhan khusus. Ada juga orang tua yang mendaftarkan anaknya sekolah langsung," katanya. 
 
Cecep  berharap untuk mengembangkan sekolah untuk ABK itu, ada perhatian dari pemerintah maupun para donatur untuk peningkatan sarana dan prasarana sekolah.
 
 
"Minimal kita bisa membangun sekolah baru di tempat terpisah dari gedung sekolah baru. Supaya tidak menyatu dengan gedung sekolah untuk anak-anak PAUD. Untuk pengembangan itu membutuhkan anggaran," katanya. 
 
Lebih lanjut Cecep Hidayat menuturkan, sebelum masa pandemi Covid-19, para siswa ABK itu diberikan fasilitas antar jemput sekolah gratis. Termasuk diberikan makan gratis di sekolah. 
 
"Namun saat ini dengan pertimbangan dan kesehatan para siswa, proses belajar mengajar dengan cara para guru mendatangi rumah siswa," katanya. 
 
 
Diungkapkan Cecep,  para siswa ABK itu, di antaranya mengalami tunarungu, tunadaksa, tunagrahitra, tunanetra, autis.
 
Selain itu anak gangguan mental yang menyebabkan seorang anak sulit memusatkan perhatian, serta memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif, sehingga dapat berdampak pada prestasi anak di sekolah.
 
"Anak-anak yang sekolah di tempat ini adalah dari keluarga tak  mampu, sehingga tidak ada pungutan biaya," ucapnya. 
 
 
Ia juga mengaku bersyukur sudah ada bantuan dari Pertamina dalam mendukung kebutuhan sarana dan prasarana, di antaranya berupa satu unit mobil grand max dan sejumlah buku yang dibutuhkan oleh para siswa ABK.***

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x