Selain Efikasi Tinggi Capai, 81,51 Persen, Ini Keunggulan Vaksin Zifivax Berdasarkan Hasil Uji Klinis Unpad

- 17 Oktober 2021, 08:44 WIB
Suasana pelaksanaan hari pertama uji klinis fase III vaksin rekombinan Zifivax oleh Universitas Padjadjaran, Rabu (3/3/2021). (Foto: Dadan Triawan)*
Suasana pelaksanaan hari pertama uji klinis fase III vaksin rekombinan Zifivax oleh Universitas Padjadjaran, Rabu (3/3/2021). (Foto: Dadan Triawan)* /

GALAMEDIA - Proses uji klinis fase III vaksin Covid-19 Zifivax yang dilakukan peneliti Universitas Padjadjaran (Unpas) menghasilkan angka efikasi sebesar 81,51 persen. Dari hasil efikasi ini, BPOM telah mengeluarkan izin penggunaan darurat terhadap vaksin yang dikembangkan Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical, Tiongkok tersebut.

Peneliti utama uji klinis fase III vaksin Zifivax Unpad dr. Rodman Tarigan, Sp.A(K), M.Kes., menjelaskan, proses uji klinis tersebut mengikutsertakan 2.000 relawan di Bandung dan 2.000 relawan di Jakarta. Tidak hanya berusia 18-59 tahun, relawan yang ikut juga berasal di kelompok usia 60 tahun ke atas.

“Efikasi untuk orang usia 18-59 tahun sebesar 81,51 persen, sedangkan di atas 60 tahun efikasinya 87,58 persen,” kata Rodman dalam rilisnya yang diterima, Minggu 17 Oktober 2021.

Baca Juga: Diduga Ludahi Pelatih Persib, Manajer Bhayangkara FC Dibanjiri Kecaman Bobotoh: Untung Gak Dibanting

Angka efikasi vaksin Zifivax telah melampaui rekomendasi dari WHO, yaitu di atas 50 persen. Selain itu, vaksin ini juga ampuh terhadap varian Covid-19 yang lebih berat, salah satunya varian Delta. Efikasi dari vaksin Zifivax terhadap varian Delta adalah 77,47 persen.

Lebih lanjut Rodman menjelaskan, pada uji klinis tersebut, relawan ada yang mendapatkan vaksin dan plasebo (vaksin kosong). Proses penyuntikan dilakukan tiga kali dengan jarak satu bulan. “Dari situ kita lihat berapa yang sakit. Kemudian kalau sakit derajatnya berapa, apakah ringan atau berat sampai dirawat, itu kita lihat,” imbuhnya.

Secara umum, vaksin Zifivax tidak menimbulkan kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) yang serius. Bahkan, KIPI pada vaksin ini hampir sama dengan vaksin Sinovac, yaitu nyeri di bekas suntikan, sakit kepala, kelelahan, demam, hingga nyeri otot.

Baca Juga: Manajer Bhayangkara Diduga Ludahi Robert Alberts, Anggra Bratama Klaim Hanya Ingin Minta Klarifikasi ke Persib

Rodman menuturkan, beberapa relawan sempat mengalami kejadian serius. Namun, sebagian besar yang mengalami kejadian serius adalah mereka yang mendapatkan plasebo.

“Setiap vaksin memang tidak 100 persen mencegah, tetapi ada faktor lain yang memengaruhi seperti daya tahan tubuh, status gizi, faktor penyakit yang memengaruhi imunitasnya, hingga faktor usia,” tuturnya.

Platform Berbeda
Vaksin Zifivax merupakan vaksin rekombinan atau sub unit protein. Artinya, platform vaksin ini diambil dari spike glikoprotein atau bagian kecil virus yang akan memicu kekebalan tubuh saat disuntikan ke tubuh manusia. Ini berbeda dengan jenis vaksin Sinovac yang diambil dari virus yang dimatikan/diinaktivasi.

Baca Juga: Suhu Udara di Kotamu Terasa Sangat Panas Akhir-akhir Ini? Begini Penjelasan Lengkap BMKG

Rodman menilai, perbedaan platform vaksin bisa menjadi salah satu faktor yang membedakan angka efikasinya. Perbedaan juga terlihat dari vaksin dengan platform mRNA seperti Moderna atau Pfizer yang memiliki efikasi lebih tinggi, yaitu di atas 90 persen.

Kendati angka efikasinya lebih rendah dari mRNA, tim mempertimbangkan kejadian ikutan pasca-imunisasinya. “Kalau kita lihat vaksin Moderna itu memang tinggi, tapi KIPI-nya lumayan (tinggi) juga. Vaksin Zifivax efikasinya lebih tinggi dari Sinovac tetapi KIPI-nya tidak jauh berbeda,” kata Rodman.

Rodman mengatakan, uji klinis fase III vaksin Zifivax juga dilakukan di sejumlah negara, yaitu Uzbekistan, Ekuador, Pakistan, dan Tiongkok. Angka efikasi dari setiap negara peserta uji klinis memiliki nilai yang sama, yaitu sekitar 81 persen.

Baca Juga: Sinopsis Buku Harian Seorang Istri 17 Oktober 2021: Friska Bocorkan Hubungan Pasha dan Lula ke Keluarga Buwana

Selain itu, baik Sinovac maupun Zifivax, sudah melewati proses yang halal. Apalagi, Anhui sendiri merupakan perusahan vaksin yang memproduksi vaksin meningitis yang sudah digunakan untuk jemaah haji asal Indonesia.

Vaksin Primer
Melihat angka efikasi yang baik, vaksin Zifivax diharapkan bisa digunakan sebagai vaksin primer untuk vaksinasi Covid-19, di samping untuk vaksin booster.

Rodman memaparkan, vaksin rekombinan ini memiliki tiga kali proses penyuntikan, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kekebalan tubuh lebih lama dibandingkan vaksin dengan dua kali penyuntikan. Untuk mengetahui hal tersebut, tim masih melakukan pemantauan terhadap para relawan.

“Tentu kita berharap dengan 3 kali pemberian vaksin rekombinan semoga bisa bertahan lebih dari 1 tahun,” ujarnya.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 17 Oktober 2021: Dendam Belum Terbalaskan, Iqbal Janji akan Celakai Keluarga Al Lagi

Apresiasi untuk Relawan
Relawan dari proses uji klinis fase III vaksin Covid-19 Zifivax berasal dari kalangan beragam. Mulai dari mahasiswa, tenaga kesehatan, pengemudi angkutan daring, ibu rumah tangga, hingga pegawai negeri maupun swasta.

“Kami ucapkan terima kasih sudah ikut berpartispasi dalam uji klinis Zifivax Anhui ini,” ujar Rodman.

Bagi yang mendapatkan plasebo, Rodman menjamin para relawan tersebut segera mendapatkan vaksinasi. Sementara bagi yang sudah divaksinasi, tim akan terus melakukan pemantauan, utamanya untuk menilai seberapa lama vaksin tersebut mampu meningkatkan kekebalan tubuh.

Tim pun segera berkoordinasi dengan pihak terkait untuk proses integrasi data di aplikasi PeduliLindungi.

“Mereka sudah kami kirimkan datanya ke Kemenkes dan aplikasi PeduliLindungi, sehingga sesegera mungkin bisa mendaftar dan membuat akun di aplikasi tersebut untuk bisa beraktivitas,” kata Rodman.***

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x