Kisah 5 Eksekusi Mati yang Heboh dan Ramai Jadi Perbincangan di Indonesia

- 20 Januari 2022, 15:30 WIB
Kusni Kasdut
Kusni Kasdut /Istimewa

Pada 13 Mei 2012, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran memohon grasi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar tidak dieksekusi mati sehingga ia bisa terus hidup dan memperbaiki diri. Kepala penjara Kerobokan, Gusti Ngurah Wiratna, mengatakan, permohonan ini didasarkan pada usia Chan.

Namun pada 11 Desember 2014, Presiden Joko Widodo menolak permohonan grasi keduanya menyatakan tidak ada ampun bagi kejahatan narkoba. Meski beberapa kali pemerintah Australia menyurati Presiden Jokowi untuk menerima permohonan grasi keduanya, hal tersebut tidak mengubah keputusan.

  1. Kusni Kasdut

Kusni Kasdut pernah tercatat sebagai pejuang kemerdekaan. Ia berperan aktif melawan Belanda. Nyalinya tinggi. Penjara dan peluru tak membuatnya gentar. Sayang, revolusi tak menjanjikan kesejahteraan.

Baca Juga: Gelombang Omicron Sudah Capai Puncak, Perdana Menteri Inggris Bebaskan Warganya Untuk Tak Pakai Masker

Jasanya tidak digunakan lagi sejak Indonesia merdeka. Ketidakadilan itu menguat sampai kemiskinan menderanya. Jalan pintas pun diambil. Kusni mulai menjajal dunia shadow. Karier kriminalnya mentereng. Apalagi kala Kusni memimpin perampokan fenomenal ke Museum Gajah.

Kusni yang bernama asli Waluyo itu pada tahun 1960-an, dengan sepucuk pistol menembak seorang keturunan Arab kaya raya bernama Ali Bajhened, kemudian namanya makin berkibar sebagai pencuri benda seni saat dia merampok Museum Nasional yang akrab disebut Museum Gajah pada 31 Mei 1961. Kusni menyamar dengan mengenakan seragam polisi, masuk ke museum, menyandera pengunjung dan menembak mati seorang petugas museum. 11 Permata koleksi museum dibawa lari.

Kusni kemudian ditangkap saat menjual permatanya di Semarang. Kusni, konon, membagikan harta rampokannya pada orang-orang miskin hingga dia dijuluki 'Robin Hood Indonesia'. Kusni kemudian dijatuhi hukuman mati atas kejahatan yang dilakukannya pada 16 Februari 1980 di dekat kota Gresik, Jawa Timur.

Baca Juga: Selama 7 Hari Prancis Selalu Catat Rekor Kasus Covid-19 dalam Setiap Harinya, Rabu Lalu 436.000 Lebih Kasus

  1. Suradji (Dukun AS)

Bagi warga Sumatera Utara, Suradji bukan sembarang orang. Ia, yang biasa akrab disapa Dukun AS, adalah tersangka pembunuhan berantai dengan korban tewas sebanyak 42 orang. Semua korbannya adalah perempuan.

Aksi keji itu ia lakukan dalam kurun waktu 1986-1994 di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Motif pembunuhan didasari klaim Suradji atas wangsit dari mendiang ayah yang memerintahkannya untuk membunuh 70 perempuan agar jadi sakti mandraguna.

Halaman:

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x