Miliki Observatorium Albiruni, Unisba Jadi Titik Rukyatul Hilal 1 Syawal dan 1 Ramadhan, Ini Harapan Rektor

- 9 Mei 2022, 08:25 WIB
Rektor Unisba, Prof. Edi Setiadi meninjau Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba, di di Rooftop Gedung Fakultas Kedokteran Unisba lantai 9, Minggu 1 Mei 2022 lalu.
Rektor Unisba, Prof. Edi Setiadi meninjau Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba, di di Rooftop Gedung Fakultas Kedokteran Unisba lantai 9, Minggu 1 Mei 2022 lalu. /Humas Unisba


GALAJABAR - Unisba melalui Fakultas Syariah ditunjuk Kementrian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) sebagai salah satu titik ruhiyat hilal 1 Syawal 1443 H di Jawa Barat lalu.

Kegiatan ini bekerja sama juga dengan Bagian Peningkatan Ruhul Islam dan Pengelolaan Masjid Unisba, Badan Hisab Rukyat Daerah (BHRD) Jawa Barat, dan Kementrian Agama Jawa Barat.

Pemantauan dilakukan di Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba Bandung yang terletak di Rooftop Gedung Fakultas Kedokteran Unisba lantai 9, Minggu 1 Mei 2022.

Baca Juga: Waspada! Jabar Digiyur Hujan Sepanjang Hari: Prakiraan Cuaca Wilayah Jawa Barat Senin, 9 Mei 2022

Dengan koordinat tempat Lintang -6˚54’12” LS, Bujur 107˚36’32” BT, dan ketinggian tempatnya 750 Meter diatas permukaan laut.

Rektor Unisba, Prof. Edi Setiadi mengatakan adanya Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba merupakan kontribusi Unisba dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian masyarakat.

"Selain itu, ke depan adanya Observatorium Albiruni ini juga bisa terus dikembangkan dan bisa mencetak ahli dalam bidang astronomi. Juga bisa dugunakan untuk kepentingan umat dan negara," ungkap Edi dalam keterangan medianya, Senin, 9 Mei 2022.

Sementara itu, Kepala Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba, Encep Abdul Rojak, M.Sy., mengatakan, data-data kegiatan (toposentris) ijtima atau konjungsi terjadi pada Ahad, 1 Mei 2022, pukul 02.22 WIB.

“Konjungsi berarti posisi Bumi, Bulan, dan Matahari berada pada satu garis astronomis. Sejak terjadinya konjungsi sampai dengan waktu pengamatan disebut umur bulan/hilal sekitar 15 jam 24 menit,” jelasnya.

Baca Juga: Ini Makna Asmaul Husna: Al Ghofur, Asy Syakuur, Al Ali, Semoga Kita Selalu Mendapat Ampunan Allah

Pengamatan hilal kata Encep, dimulai dengan matahari terbenam yaitu pada pukul 17.42 WIB. Lama pengamatan hilal untuk Syawal 1443 H dilakukan selama 23 menit, karena bulan akan terbenam pada pukul 18.04 WIB. Posisi bulan/hilal berada pada Azimuth 287˚28’53”. Sedangkan posisi Matahari berada pada azimuth 285˚02’01”.

Menurutnya, nilai ini dihitung dari titik Utara sejati ke arah Timur-Selatan-Barat melalui lingkaran horizon atau ufuk sampai dengan proyeksi bulan dan matahari di ufuk. “Berdasarkan data ini, bulan atau hilal berada di sebelah utara/kanan matahari perspektif observer,” katanya.

Encep menjelaskan, pada awal pengamatan hilal, tinggi hilal +4˚42’25”, selanjutnya secara berurutan Pukul 17.47 WIB (+3˚34’25”), pukul 17.50 WIB (+2˚56’12”), pukul 17.55 WIB(+1˚51’23”), dan pukul 18.00 WIB(+0˚49’21”).

"Tinggi hilal ini dihitung dari ufuk secara vertikal sampai dengan posisi bulannya. Nilai ketinggian saat ini sudah memenuhi Batas minimal hilal/bulan mungkin terlihat, karena pada saat ini batas minimalnya berada pada ketinggian +3˚, sehingga mungkin hilal dapat dilihat," jelasnya.

Baca Juga: Hiburan Menunggu One Way, Polisi dan Pemudik Joged Bareng di Pos Cikaledong Nagreg

Jarak sudut lengkung bulan dari matahari yang disebut Elongasi lanjutnya, berada pada nilai +5˚56’34”.

Lebih lanjut Encep mengatakan, peralatan yang digunakan terdiri dari Teropong Digital Computerize 3 buah & Teropong manual 2 buah.

"Pengamatan dilakukan secara manual dan digital. Untuk pengamatan digital menggunakan teropong Cem60 merk iOptron yang terpasang di dalam doom, dibantu juga dengan kamera CCD hitamputih yang menghubungkan teropong dengan laptop," jelasnya.

Baca Juga: Prabowo Subianto Silaturahmi ke Kediaman Megawati Soekarnoputri, Begini Kata Pengamat Politik...

"Untuk membuka kamera tersebut digunakan software Sharpcap yang berfungsi untuk memonitor tangkapan hilal / matahari pada teropong. Melalui software ini pun digunakan untuk mendokumentasikan hilal dalam bentuk foto atau video," sambungnya.

Sedangkan, apabila hasilnya tidak diketahui secara jelas objeknya / hilalnya, maka akan dilakukan olah citra hilal dengan software lainnya seperti iris atau siril. Keduanya software astronomi yang berfungsi untuk mengolah citra hilal agar terlihat kontras. Semuanya ini dilakukan oleh tim Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba. ***

 

 

 

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x