Waspada FLU BURUNG di Jabar! Sudah Ditemukan Kasus di Cirebon dan Cimahi

- 28 Februari 2023, 22:02 WIB
Ilustrasi - Waspada FLU BURUNG di Jabar! Sudah Ditemukan Kasus di Cirebon dan Cimahi.
Ilustrasi - Waspada FLU BURUNG di Jabar! Sudah Ditemukan Kasus di Cirebon dan Cimahi. /Ninjason1

GALAJABAR - Masyarakat Jabar diimbau untuk waspada terhadap masuknya virus flu burung atau virus H5N1. Di Kota Cirebon dan Kota Cimahi, sudah muncul kasus Avian Influenza.

Meski begitu, Pemprov Jabar mengklaim jika virus flu burung yang ditemukan di Kota Cirebon dan Kota Cimahi hanya H5N1 biasa yang relatif belum berbahaya.

Sedangkan flu burung H5N1 yang kini berbahaya dan sudah merebak di beberapa negara Eropa, Amerika, dan di Kamboja (Asia) serta telah menular ke manusia adalah varian 2.3.4.4b.

Baca Juga: Keutamaan Puasa Syaban yang Jarang Diketahui, Dilengkapi Niatnya

Hasil Laboratorium

Sebelumnya, kemunculan kasus flu burung atau H5N1 biasa ini dikonfirmasi berdasarkan hasil dari laboratorium Balai Veteriner Subang yang kemudian dikirimkan ke Kementerian Kesehatan.

Hanya saja, tetap diperlukan kewaspadaan baik itu dari jajaran kesehatan hewan, peternak unggas, maupun masyarakat untuk mengantisipasi H5N1 varian terbaru.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat Arifin Soedjayana, menyatakan, kewaspadaan terutama untuk menghindarkan kerugian ekonomi akibat kematian massal unggas perlu dilakukan.

Selain itu, ujar dia, harus dipastikan terkait kebutuhan daging unggas masyarakat cukup, serta penularan virus dari unggas ke manusia (zoonosis). 

"Kepada seluruh jajaran kesehatan hewan diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap berkembangnya penyakit AI (Avian Influenza)," tegas Arifin, Selasa, 28 Februari 2023.

Baca Juga: 9 Cara Memotret dengan Kamera Saku, Pasti Dapat Foto Bokeh!

Melapor ke petugas

Arifin menjelaskan, DKPP Jabar telah melakukan beberapa langkah untuk mencegah flu burung varian baru 2.3.4.4b. Pertama, meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat dan peternak unggas.

Mereka diimbau agar segera melapor kepada petugas kesehatan hewan terdekat bila menemukan unggas sakit atau mati mendadak.

Langkah kedua, jajaran kesehatan hewan segera merespons laporan masyarakat dengan prinsip '3 Cepat' yakni Deteksi Cepat, Lapor Cepat, dan Respons Cepat, sesuai SOP pengendalian flu burung.

Sedangkan langkah ketiga, DKPP meningkatkan pembinaan dan pendampingan peternak untuk menerapkan tindakan biosekuriti guna mencegah masuk kuman penyakit ke peternakan unggas.

"Peternakan unggas komersial skala kecil dan menengah agar menerapkan Biosekuriti 3 Zona sebagai model percontohan bisekuriti sederhana, hemat, praktis dan efektif," tuturnya.

Baca Juga: Kasus Korupsi DAM Parit Karawang Dinilai Janggal, Ahli Hukum: Aneh Terdakwanya Cuma Satu Orang

Sementara langkah keempat yang dilakukan, yaitu pendampingan peternak untuk melakukan 'Vaksinasi AI 3 Tepat' yakni Tepat Vaksin, Tepat Program Ulangan, dan Tepat Teknik Vaksinasi.

Memutus mata rantai

Lebih lanjut Arifin menuturkan, vaksinasi AI pada itik dianjurkan menggunakan vaksin AI Subtipe H5N1 clade 2.3.2. Pada ayam petelur vaksin clade 2.1.3, atau clade 2.3.2, atau vaksin  kombinasi clade 2.1.3 dan clade 2.3.2 produksi nasional.

Tak kalah penting, meningkatkan pembinaan penerapan sanitasi pada sepanjang rantai pemasaran unggas guna memutus rantai penyebaran virus.

"(Dan) Meminimalkan risiko penularan ke masyarakat umum," ujarnya.

Baca Juga: Pembangunan Rampung, Warga Antilope Bekasi Kini Punya Overpass Baru

Kepada masyarakat peternak, diimbau menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti menggunakan masker saat menangani unggas hidup atau mati. Setelahnya mencuci tangan dan kaki dengan air dan sabun.

Langkah ketujuh, pengadaan anak ayam atau DOC (Day Old Chick) dihimbau berasal dari kompartemen breeding Farm yang telah memiliki sertifikat bebas flu burung.

Kedelapan, kata Arifin, berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota jika ditemukan masyarakat yang mengalami gejala mirip flu di sekitar tempat kejadian kasus yang diduga AI.

Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner DKPP Jabar drh. Supriyanto mengatakan, pengendalian petugas dan peternak untuk antisipasi flu burung, masih dilakukan seperti dalam Surat Edaran Kewaspadaan AI dari Kepala DKPP Jabar.

Adapun ia bersyukur H5N1 varian 2.3.4.4b belum dan jangan sampai muncul di Indonesia. "Vaksin khusus H5N1 clade 2.3.4.4b belum ada di Indonesia," pungkasnya.***

Editor: Usman Alwasim

Sumber: Humas Pemprov Jabar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x