Penggabungan Kemenristek-Kemendikbud Mardani Ali Sera : Jangan Sampai Ilmuwan Indonesia ‘Hijrah’

12 April 2021, 15:02 WIB
Politisi PKS, Mardani Ali Sera.* /Dok. DPR/

GALAJABAR - Penggabungan antara Kementerian Riset Teknologi (Kemristek) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah disetujui melalui Sidang Paripurna DPR RI.

Mengetahui hal ini, Bambang Brodjonegoro, selaku Menteri Riset dan Teknologi mengaku sedih karena beliau akan menjadi Menristek terakhir.

“Secara pribadi saya juga merasa tidak enak ya apa ya, merasa sedih karena ya, boleh dibilang saya jadi Menristek terakhir karena risteknya tidak lagi sebagai kementerian yang berdiri sendiri ya seperti dulu," ujar Bambang dalam diskusi virtual, Ahad, 11 April 2021.

Baca Juga: 5 Bahaya Tidur Setelah Makan Sahur, Salah Satunya Dapat Sebabkan Kematian

Kabar ini pun menuai pro dan kontra dari sejumlah masyarakat, termasuk para politisi terkenal.

Salah satunya, Mardani Ali Sera, selaku salah satu anggota DPR RI. Beliau menuliskan beberapa cuitan mengenai penggabungan ini.

Melalui akun Twitternya @MardaniAliSera, ia menjelaskan bahwa sikap tidak konsisten pemerintah ini bisa berdampak kepada kinerja pegawai.

Baca Juga: Setelah Angin Puting Beliung Mengamuk, Muspika Rancaekek Data Jumlah Kerugian yang Diderita

“Bismillah, sikap tdk konsisten pemerintah tunjukkan dgn pisah-gabung Kemenristek & Kemendikbud. Tdk seperti memindahkan lemari, ada org sampai program yg dipindahkan & ini bisa berdampak kpd kinerja. Menyedihkan krn pemerintah seakan sedang ‘tari poco2’ utk bab riset & teknologi,” tulisnya pada 12 April 2021.

 Mardani Ali juga menjelaskan mengenai undang-undang terkait masalah ini.

“Kita punya UU No 11 Thn 2019 ttg Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (UU Sisnas IPTEK). Beleid yg merupakan turunan dari pasal 31 ayat 5 UUD ini mengamanatkan pemerintah agar menjamin tiap org utk memperoleh manfaat ilmu pengetahuan & teknologi serta turut memajukannya.”

Baca Juga: Soal Kasus Suap Bansos, KPK Duga Bupati Bandung Barat dan Anaknya Dapat Keuntungan Rp3,7 Miliar

Bahkan, Mardani Ali mengaitkan hal ini dengan pandemi COVID-19 yang sedang melanda Indonesia dan pemotongan anggaran yang menimpa Kemeristek.

“Ketika pandemi, negara maju berbondong2 menginvestasikan dana untuk riset agar menjadi yang terdepan dalam menangkap peluang2 besar. Before Covid dan After Covid, situasi yang mesti disadari pemerintah. Artinya banyak sekali peluang terbuka.”

“Tp ketika 2020 kemarin anggaran Kemenristek justru salah satu yg dipotong paling besar. Padahal sekitar 80% dana penelitian serta pengembangan kita berasal dari APBN, sedangkan 20% dari industri. Jauh berbeda dgn Singapura maupun Korea Selatan yg dmn 80-84% berasal dari industri.”

Baca Juga: Temani Waktu Ngabuburit Kamu, Ustad Milenial Tayang Perdana Hari Ini di WeTV

Mardani Ali meyakini jika vaksin merah putih dapat segera terwujud ketika ada dukungan negara.

“Saya yakin vaksin merah putih kita bisa lebih cepat terwujud ketika dukungan negara seperti dalam bentuk anggaran nyata terlihat. Negara mesti memberikan kesempatan dan dukungan karena banyak ilmuwan2 kita sampai anak muda luar biasa yang dapat dimaksimalkan.”

Mardani Ali juga menilai bisa saja ilmuwan Indonesia pergi karena pemerintah abai.

“Jangan sampai ilmuwan Indonesia banyak ‘hijrah’ bukan karena nasionalisme rendah, namun karena abainya pemerintah. Alih-alih mengakomodasi mereka untuk meneliti, justru menghapus kementerian ristek ini.”

Baca Juga: Selamat Tiwi! 36 Jam Berjuang, Eks Vokalis T2 Lahirkan Putri Kedua

“Terbayang beban kerja yg luar biasa dr Kemendikbud kelak, disaat Pendidikan dasar&menengah (Dikdasmen) msh jd problem krn nilai PISA kita yg msh rendah, liternasi numerasi yg diminta pengetahuan umum jg msh rendah. Lagi2 menunjukkan, pemerintah msh trial and eror di tahun yg ke 7,” mengakhiri cuitannya. (Penulis: Muhammad Ibrahim)***

Editor: Noval Anwari Faiz

Sumber: Twitter @MardaniAliSera

Tags

Terkini

Terpopuler