Virolog Universitas Udayana: Teknologi Memungkinkan Vaksin Dibuat Lebih Cepat

3 November 2020, 11:00 WIB
Ilustrasi uji coba pembuatan vaksin. //PIXABAY/ Chokniti Khongchum/

GALAJABAR - Pada masa lalu, untuk membuat sebuah vaksin membutuhkan waktu yang lama. Lebih dahulu harus menemukan agen murni sebelum kemudian diperbanyak dan disiapkan sebagai vaksin.

Demikian dikatakan virolog dari Universitas Udayana, Prof. Ngurah Mahardika, Senin, 2 November 2020, dalam dialog KPCPEN, seperti dikutip dari RRI. 

Sementara saat ini, kata Ngurah, pembuatan vaksin lebih cepat.

Baca Juga: Kembali Kecewa, Akankah Jokowi Gelar Reshuffle Dalam Waktu Dekat?

"Zaman sekarang, teknologi telah memungkinkan kita melakukannya dengan cepat. Tidak perlu lagi agen penyakit dan bisa dibuat sintetis, jadi bisa sangat cepat. Zaman dahulu perlu waktu lama untuk menemukan bibitnya saja. Zaman sekarang hanya perlu waktu satu dua bulan saja untuk menemukan bibitnya," jelas Ngurah. 

Ia mengungkapkan, sedikitnya ada empat ragam vaksin yang dibedakan berdasarkan bahan dasarnya.

Ragam yang pertama adalah vaksin berbasis virus murni yang dimatikan sehingga tidak berbahaya bagi manusia.

Baca Juga: Mocca Rilis Album Day by Day Untuk Rayakan Ulang Tahunnya ke-21

Kemudian, ada pula vaksin yang berbasis DNA atau mRNA. Ketiga adalah vaksin berbasis adenovirus. Dan yang keempat adalah vaksin berbasis protein.

Menurut Ngurah, ragam basis vaksin ini memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri. Contohnya, vaksin berbasis virus yang dimatikan yang saat ini diujicobakan di Indonesia adalah jenis paling lazim sehingga regulasi penggunaanya jauh lebih ringkas.

"Sementara vaksin berbasis DNA dan adenovirus memang belum ada contohnya yang beredar di masyarakat sehingga regulasinya memakan waktu lama," katanya.

Baca Juga: Link Live Streaming ILC Selasa 4 November 2020, UU ITE: Mengancam Kebebasan Berpendapat?

Meskipun teknologi mengakselerasi penemuan vaksin baru, jelasnya, namun faktor kunci yang tidak boleh dikesampingkan adalah memastikan tingkat keamanan. Peneliti dan pengembang vaksin pada dasarnya tidak mengompromikan aspek kualitas, daya guna, dan keamanan, termasuk keamanan vaksin Covid-19, harus terjamin.

"Aspek keamanan ini dimulai sejak fase pre klinis, yang diujikan pada hewan, lalu Fase I yang melibatkan relawan manusia, Fase II yang melibatkan ratusan relawan, dan Fase III yang melibatkan ribuan relawan. Pada semua fase, aspek keamanan dan daya guna menjadi perhatian serius. Lebih-lebih pada Fase III, ketika melibatkan ribuan hingga puluhan ribu orang," ungkapnya.

Baca Juga: 22 Orang Tewas Akibat Serangan di Universitas Kabul

Setelah beredar di masyarakat, vaksin akan terus dimonitor dan diaduit untuk memastikan keamananya.

 "Untuk menjamin vaksin itu aman dan berdaya guna bagi masyarakat," ujarnya. ***

Editor: Noval Anwari Faiz

Tags

Terkini

Terpopuler