Fakta Baru KRI Nanggala-402, Diseret Gelombang Bawah Laut hingga Terjun ke 838 Meter

- 30 April 2021, 13:11 WIB
KRI Nanggala 402
KRI Nanggala 402 /ANTARA/

GALAJABAR - Tenggelamnya KRI Nanggala-402 diyakini kuat karena adanya suatu gelombang kuat di bawah laut yang disebut dengan gelombang soliter.

Seperti yang sudah diketahui, KRI Nanggala-402 hilang kontak pada Rabu, 21 April 2021 dan 53 awaknya dinyatakan gugur.

Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Laut (Asrena KSAL) Laksamana Muda TNI Muhammad Ali meyakini gelombang soliter merupakan penyebab KRI Nanggala-402 terseret jauh 838 meter.

Baca Juga: India Langsungkan Pemilu di Tengah Tsunami Covid-19, Prof Zubairi Djoerban: Semoga Indonesia Tak Seunik India

Sebagai informasi, gelombang soliter merupakan gelombang bawah air yang terjadi saat dua kedalaman laut yang berbeda bertemu hingga menghasilkan tarikan dan dorongan yang kuat dan berbahaya.

Dalam konferensi persnya, Muhammad Ali menyebutkan jika gelombang internal yang intens tercatat di lepas pantai Bali pada Rabu dini hari.

Hal itu menjadi bukti kuat karena sesuai dengan hari kejadian tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402.

Baca Juga: Sinopsis Buku Harian Seorang Istri 30 April 2021: Hati Nana Hancur Usai Melihat Dewa Mendekam di Penjara

"Kecurigaan kami jatuh pada kondisi alam. Karena gelombang soliter internal terjadi pada saat itu di utara Bali," ujar Muhammad Ali dalam keterangannya dilansir Galajabar pada Jumat, 30 April 2021.

Dilansir Galajabar dari beberapa pakar dan ahli oseanografi, mereka menyebutkan jika arus bawah laut yang cukup kuat bisa menarik secara virtual.

Oleh karena itu, jatuhnya kapal meluncur ke bawah lebih cepat dari umumnya. Pernyataan ini didukung oleh data dari satelit Himawari-8 milik Jepang dan Satelit Sentinel milik Eropa yang terdeteksi ada internal waves dar bawah ke utara.

Baca Juga: Pahami 7 Gerak-gerik Teman Kantormu Ini, Bisa Jadi Dia Sedang Jatuh Hati Padamu!

Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Adi Purwandana menyebutkan jika kapal dalam kondisi blackout akan lebih mudah terbawa ke dasar laut.

"Menurut saya, selama kapten bisa menguasai kapal selam, yang dirasa hanya turbulensi itu. Beda lagi misalnya kapal sudah lebih dulu blackout, bisa terbawa ke dasar laut lebih cepat," ujar Adi Purwandana kepada wartawan dilansir Galajabar pada Jumat, 30 April 2021.

Sebagai informasi, hingga saat ini Angkatan Laut Indonesia bersama negara lainnya sedang mengupayakan KRI Nanggala-402 beserta awaknya untuk dievakuasi. (Penulis: Annisa Nur Fadillah)***

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x