Sebut Sudah Berbeda dan Tak Ada Tokoh Populer, Pakar: Megawati Hendak Kuasai Sumbar Juga

- 13 Agustus 2021, 21:24 WIB
Ilustrasi rumah adat khas Minangkabau. Rumah adat gadang berasal dari daerah Sumatera Barat.
Ilustrasi rumah adat khas Minangkabau. Rumah adat gadang berasal dari daerah Sumatera Barat. /Unsplash.com/Anggri Yulio

GALAJABAR – Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri menyatakan Sumatera Barat (Sumbar) saat ini berbeda dari yang ia kenal sebelumnya.

Megawati mengaku pernah mempertanyakan hal ini kepada tokoh Muhammadiyah sekaligus anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila kelahiran Sumbar, Ahmad Syafii Maarif.

“Saya suka bertanya sama beliau, mengapa Sumatera Barat yang dulu pernah saya kenal sepertinya sekarang sudah mulai berbeda?” ujar Megawati dalam webinar Bung Hatta Inspirasi Kemandirian Bangsa di kanal Youtube Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDIP, Kamis, 12 Agustus 2021.

Baca Juga: Menyoal Keterpurukan Dunia Usaha, Ini Kata Ketua PC FSPTSK SPSI Kabupaten Bandung

Megawati berpendapat, Sumbar tak lagi memiliki tokoh-tokoh nasional yang populer. Padahal, sambungnya, pada masa sebelum dan sesudah kemerdekaan, Sumbar melahirkan begitu banyak tokoh nasional.

Pernyataan Megawati terkait hal ini sontak menjadi sorotan karena dinilai sarat akan kepentingan politik.

Menurut pakar politik dan hukum Universitas Nasional (Unas), Saiful Anam, presiden kelima Indonesia itu ingin mencari popularitas di provinsi yang selama ini sulit ditaklukkan oleh PDIP.

Baca Juga: Insiden Penembakan Brutal di Inggris, 5 Orang Tewas!

“Mega sedang ingin mencari popularitas publik, sehingga ia mengatakan Sumbar tidak seperti dulu lagi, karena bisa jadi tidak dapat dikuasai oleh PDIP,” ungkapnya kepada wartawan, Jumat, 13 Agustus 2021.

Dia juga berpandangan bahwa apa yang disampaikan anak Soekarno itu terlalu subjektif, sebab selama ini, Sumbar masih menjadi wilayah anti Megawati dan PDIP.

Hal ini terlihat mengingat hasil pemilihan umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 di mana PDIP tidak mendapat skor yang terlalu signifikan dari Sumbar.

Baca Juga: Indeks Demokrasi Indonesia Turun, Natalius Pigai: Kebijakan Pemerintah Jadi Penyebabnya, Bukan Intoleransi

“Bisa jadi Sumbar anti-Mega dan PDIP. Untuk itu, Megawati masih terngiang-ngiang Pemilu dan Pilpres 2019 sehingga cenderung subjektif dalam melakukan penilaian dan analisa terhadap keadaan Sumbar yang sebenarnya,” pungkasnya. ***

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah