Minimnya perhatian pemerintah kepada periset Indonesia, kata anggota DPR RI Fraksi PKS ini, wajar menjadi alasan bagi mereka untuk berkarier di luar negeri.
“Bagi mereka yg hny ingin berbakti kpd negeri melalui penelitiannya, didepak dr lembaga yg sdh jd ‘rumah’ merupakan hal yg membingungkan. Jd wajar jika publik melihat hal ini sebagai salah satu penyebab byk org pintar Indonesia yg mencari ekosistem riset yg lbh baik di luar negeri,” ungkapnya.
Oleh karena itu, dia meminta pemerintah serta BRIN segera menyelesaikan permalasahan ini.
Baca Juga: Angka Positif Omicron Meningkat Setiap Hari, Luhut Klaim Indonesia Telaten Urus Pandemi Covid-19
“Pemerintah serta BRIN perlu segera menyelesaikan carut marut reorganisasi ini,” tegasnya.
Jangan sampai hal ini, lanjut Mardani, malah menghambat berbagai tujuan Indonesia.
“Jangan sampai jadi menghambat tujuan untuk membangun ekosistem riset yg mendukung pengembangan perekonomian yg berbasis pengetahuan,” pungkasnya.
Sebelum melebur ke BRIN, Eijkman beroperasi di bawah naungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Eijkman merupakan satu dari beberapa unit yang akhirnya diputuskan melebur ke BRIN, antara lain Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). ***