Rocky Gerung tentang Pemanggilan Anies Baswedan oleh Polisi: Presiden Tertipu oleh Pembantunya

- 19 November 2020, 13:59 WIB
Pengamat politik, Rocky Gerung mengomentari pemanggilan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan oleh Polda Metro Jaya.
Pengamat politik, Rocky Gerung mengomentari pemanggilan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan oleh Polda Metro Jaya. /

GALAJABAR - Pengamat politik Rocky Gerung berkomentar atas pemeriksaan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan oleh Polda Metro Jaya, Selasa, 17 November 2020.

Dalam pernyataannya di kanal Youtube, Rocky Gerung official, pria yang juga disebut sebagai Presiden Akal Sehat tersebut mempertanyakan maksud pemanggilan Anies dipanggil Polda Metro Jaya, yang menurutnya untuk mempertanyakan hal sepele karena tinggal baca saja aturannya.

Seperti diketahui, Selasa, 17 November 2020, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diperiksa selama selama sembilan jam oleh penyidik Sub Direktorat Keamanan Negara Ditreskrimum Polda Metro Jaya terkait kasus kerumunan di pernikahan putri Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.

Baca Juga: Wapres: Vaksin Covid-19 Wajib Kantongi Izin BPOM dan Fatwa MUI

Menurut Rocky, polisi terpaksa harus memperpanjang pemeriksaan karena berupaya untuk melayani kepentingan Istana yang berharap Anies kena delik.

“Padahal polisi mengerti bahwa gak mungkin  diberikan delik pada sifat undang-undang  yang tidak punya kekuatan hukum,” kata Rocky.

Menurut Rocky, semua kejadian terhadap Anies dan Habib Rizieq, itu karena Istana tidak mempunyai think tank yang mengolah informasi.

Baca Juga: Jelang Pertarungan Kontra Roy Jones Jr, Mike Tyson Malah Main Burung Merpati

Ahli filsafat ini juga menyentil Menkopolhukam, Mahfud MD yang seolah tidak memiliki pengetahuan bahwa Undang-Undang Karantina itu tidak diberlakukan justru karena Presiden ingin memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“Itu yang menerangkan mengapa orang yang paham hukum terpaksa memberikan konferensi pers karena takut di-bully sama ahli hukum. Pak Doni (Munardo, Ketua Gugus Tugas Covid-19) langsung bicara bahwa Anies gak ada salahnya. Kapolri juga melakukan hal yang sama. Pangdam Jaya juga menerangkan hal yang sama,” tutur Rocky.

Dari hal ini, katanya, terlihat bahwa justru yang punya think tank adalah Pangdam Jaya dan Doni (Munardo), sementara Istana tidak punya thin tank.

Baca Juga: Lirik Lagu Black Mamba Aespa yang Tengah Jadi Trending Dunia di Youtube

Menurutnya, istana justru lebih mengandalkan opini publik melalui konferensi pers Mahfud MD yang dihadiri Panglima TNI tapi tetap tidak ada pakemnya.

“Jadi terlihat, bocor terus kemampuan Istana untuk mengolah informasi. Karena, pendukung Istana sekarang cuma dua. Satu adalah buzzer juncto influencer dan komisaris-komisaris relawan yang semuanya gak punya  kemampuan untuk bikin analisis keadaan,” katanya.

Jadi, imbuhnya, muncul blunder lagi karena Presiden tertipu oleh pembantu-pembantunya. Akibatnya, orang berpihak lagi pada Anies karena ia memang benar.

Baca Juga: CPNS 2019 Terakhir, Kemenpan-RB tak Buka Rekrutmen ASN Hingga 2023

Menurutnya, semua ini terjadi gara-gara Mahfud MD. Sebagai Menkopolhukam yang membawahi semua informasi publik—informasi BIN, informasi intelijen TNI, informasi polisi-- Mahfud tidak bisa mengolah semua itu karena lebih mempercayai informasi dari buzzer.

“Padahal, dia punya kapasitas dan punya portofolio untuk mengumpulkan informasi itu sebelum teledor mengucapkan sesuatu kepada publik. Yang keluar dari pikiran Mafud kan selalu adalah, upaya untuk menghukum, menghukum. Menghukum Anies, menghukum Habib Rizieq, macam-macam,” tuturnya. ***

  

 

 

 

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah