Henti Napas saat Tidur Bisa Terjadi pada Anak, Ini Penyebabnya

14 Maret 2023, 07:35 WIB
Ilustrasi henti napas bisa terjadi saat anak tidur. /Pixabay

GALAJABAR - Henti napas saat tidur akibat akibat Obstructive Sleep Apnea (OSA) bukan hanya terjadi pada orang dewasa. Sebab anak-anak pun bisa mengalami kondisi tersebut.

Hal ini dijelaskan Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Dr. dr. M. Yamin, Sp.JP(K), FIHA, FESC, FAPSIC dari RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM). Bahkan Yamin menjelaskan bagaimana hal tersebut bisa terjadi.

"Tentu bisa dan semakin muda dia mengalami OSA maka semakin mudah seseorang terkena penyakit jantung, artinya semakin dini kenanya," kata Yamin dalam diskusi daring, Senin 13 Maret 2023.

Baca Juga: Prediksi Skor dan Jadwal Sepak Bola Hari ini Porto vs Inter Milan

Menurutnya, OSA merupakan rusaknya jalan napas yang terjadi saat tidur. Akibatnya, saturasi oksigen turun dan tidur pun menjadi terganggu.

Ada beberapa tanda yang harus diwaspadai yang mengindikasikan OSA, di antaranya sering terbangun saat tidur dan mendengkur.

Kemudian ada periode di mana saat dia tidur, napasnya itu seperti berhenti terus tercekik lalu dia tidur lagi. Kadang-kadang sering terbangun karena ada sumbatan (di jalur napasnya).

Baca Juga: Persib Bandung Menyerah Kejar Juara Liga 1, Luis Milla Mengaku Sudah Tak Peduli Lihat Skor PSM Makassar

Hal-hal tersebut, dituturkan Yamin seperti dilansirkan Antara, tentu membuat tidur menjadi tidak berkualitas. Akibatnya, anak biasanya mengantuk sepanjang hari, sulit berkonsentrasi, sering pusing, lemas, dan tidak segar.

Yamin mengatakan, baik anak-anak maupun orang dewasa yang mengalami gejala tersebut sebaiknya langsung memeriksakan diri ke dokter. Sebab, OSA memiliki kaitan yang erat dengan penyakit kardiovaskular.

"Jadi kalau sudah ada tanda-tanda atau keluhan tadi, jangan menunggu sampai ada komplikasi jantung. Segera lakukan pemeriksaan," katanya.

Baca Juga: Ustadz Khalid Basalamah Diprotes Ceramah di Masjid Al Jabbar, Wagub Jabar Uu Rhuzanul Ulum Bereaksi

Saat melakukan pemeriksaan, Yamin mengatakan dokter akan meminta pasien mengisi kuisioner dan melakukan tes polisomnografi yaitu tes untuk mendiagnosis gangguan tidur.

"Jadi nanti ada alat yang dipasang saat tidur, untuk mengukur mulai dari irama jantung, saturasi, hingga fungsi otak. Dengan tes itu, bisa kelihatan benar ada gangguan tidur atau tidak. Kalau ada, derajatnya bagaimana, apakah ringan, sedang, atau berat, dan penyebabnya di mana," jelas Yamin.

"Setelah diketahui bagaimana derajatnya dan di mana sumber masalahnya, itu akan mengarahkan dalam melakukan penanganan. Tentu penanganannya harus komprehensif dan sesuai dengan masalah utamanya," pungkasnya.***

Editor: Reza Rafaeza

Tags

Terkini

Terpopuler