Mereka yang Kau Tulis (Chapter 2)

- 22 Januari 2021, 08:21 WIB
 ilustrasi menulis
ilustrasi menulis /pixabay



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, pada masa itu, penulis dianggap terhormat oleh orang-orang karena kemampuan abnormal mereka yang bisa melihat sosok dari tokoh atau karakter yang ia tulis.

Tanpa terkecuali untuk gadis bernama Leona Rouen.

Ia salah satu penulis yang memiliki kemampuan tersebut yang sebenarnya dapat mengendalikan kehidupan nyata dengan jalan cerita yang ia tulis.

Tapi di sisi lain, ada pria yang datang untuk mengklaim kebebasan gadis tersebut.

Dengan itu, kebebasan yang selama ini Leona junjung tinggi, akan terbelenggu begitu saja.

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya;

Baca Juga: Lirik Lagu Sekali Lagi Milik Betrand Peto Putra Onsu yang Tengah Trending di YouTube

Leona tidak paham mengapa ia tiba-tiba diperintah untuk berdandan rapi dan cantik oleh kakaknya.

Kakaknya bilang, akan ada tamu penting yang datang malam itu. Leona pun sudah bergaun tea-length putih.

Ia menata rambutnya sedemikian rupa untuk memenuhi perintah kakaknya itu.

Leona mendengar seseorang mengetuk pintunya. “Ayunda, apa aku boleh masuk?” Leona langsung mengenali suara itu.

Leon Rouen, adiknya, putra ketiga dari Keluarga Rouen. “Masuk saja, aku tidak mengunci pintunya.”

“Leon, apa ada yang kurang dari penampilanku?” tanya Leona tiba-tiba. Leon terkekeh.

“Kenapa?” tanyanya lagi yang merasa dipermainkan.

“Tidak! Hanya saja, Ayunda bukan tipe orang yang terlalu mempedulikan penampilan. Aku jadi merasa aneh,” kekeh sang adik.

Baca Juga: Lazio vs Parma: Menang 2-1, Biancocelesti Sukses Melaju Babak 8 Besar Piala Italiia

Leona menatapnya kecut lewat cermin.

“Bukan begitu! Aku hanya merasa harus benar-benar keluar kamar ini dengan sempurna.

Padahal aku tidak tahu kenapa. Instingku memerintahku untuk berpenampilan sempurna malam ini,” jujur Leona.

Leon menurunkan sedikit tubuhnya, menyelaraskan tinggi badannya dengan Leona yang sedang duduk.

“Kalau Ayunda bertanya ‘apa ada yang kurang?’, maka jawabannya ini!”

ia menunjukanku sebuah riasan rambut berbentuk karangan bunga magnolia.

Leona menutup mulutnya dengan kedua tangan karena terkejut. Manik apinya bergetar karena keterkejutan itu.

“D-dari mana k-kau mendapatkannya?” tanya Leona yang bergemetar.

“Kakanda menyuruhku memberi ini padamu,” lapor Leon yang sama-sama diperintah oleh Leo, kakak tertua mereka.

Riasan bunga tersebut terhitung sangat berharga baik untuk Leona atau pun untuk pemilik asli dari riasan tersebut.

Leon kembali berdiri tegak. Ia mulai menata surai cokelat terang milik Leona dan memasangkan riasan tersebut.

Baca Juga: Gol Tunggal Ashley Barnes Bawa Burnley Hancurkan Rekor Liverpool dan Keangkeran Anfield

Meski seorang laki-laki militer yang garang seperti kakak pertamanya, Leon tetap bisa menjadi adik yang manis di depan Leona.

Riasan rambut tersebut adalah milik Nyonya Ariel Rouen yang pernah ia gunakan saat beliau bertunangan dengan Tuan Lyon Rouen, ayah dari Leo, Leona dan Leon.

Leona menjatuhkan pandanganku.

Leon tiba-tiba terdiam. Entah karena ia fokus menata rambut kakaknya atau karena ia sedang memikirkan hal lain.

Yang jelas, Leon tahu apa yang akan terjadi dan kenapa kakak sulungnya itu menyuruhnya memasangkan ini pada Leona. Leon mengkhawatirkan hal tersebut.

“Selesai!” Leona pun mendongak.

Ia sedikit memutar badan untuk melihat gaya rambut karya adiknya itu. Air mata mulai meluncur. “L-Leon,” lirihnya.

“A-Ayunda?! Kenapa kau menangis?!” paniknya.

Baca Juga: IFFHS Nobatkan Liga Italia Sebagai Liga Terbaik di Dunia Tahun 2020

“A-aku sangat senang!”

Wajah panik Leon pun terganti oleh senyuman tulus.
“Ayunda,” panggilnya seraya mengusap pundak Leona. Yang terpanggil pun mendongak. “Aku melihat sosok seseorang di cermin.”

“Hm?” bingung Leona yang langsung menatap cermin.

“Aku melihat seseorang yang mirip dengan Ibunda.”

Leona kembali dibuat terkejut oleh penuturan tersebut.
“Ibunda,” lirihku.

“Tapi, Ibunda sangat cantik jika tidak menangis! Ayunda juga berhenti menangis!”

perintahnya. Leona menghapus air matanya dan tersenyum. “Hm!”

Leon tersenyum tipis dan berlirih di dalam hati, “aku selalu mendoakan kebahagiaanmu, Ayunda.”

Bersambung...***

Editor: Brilliant Awal


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah