Mundur ke Ramadhan 1945, Inilah Menu Sahur Soekarno-Hatta di Tengah Penyusunan Teks Proklamasi

- 24 April 2021, 10:00 WIB
Foto detik-detik pembacaan teks proklamasi.*
Foto detik-detik pembacaan teks proklamasi.* /Instagram/@fadjroelrachman

GALAJABAR - Ramadhan tahun 1945 bertepatan pada bulan Agustus dimana bulan tersebut diperingati sebagai Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Pada saat itu pula Soekarno dan Hatta juga Achmad Soebardjo baru saja lembur menyelesaikan Teks Proklamasi di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda.

Laksda Maeda merupakan seorang perwira tinggi Angkatan Laut Jepang yang bersimpati dengan upaya kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Update Terkini, Tim Penyelamat KRI Nanggala-402 Berpacu dengan Waktu, Oksigen Mulai Menipis

Dilansir Galajabar melalui beberapa sumber, rumah Laksda Maeda diibaratkan sebagai 'safe house' setelah kejadian teror penculikan Rengasdengklok yang saat ini sudah beralih fungsi menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta Pusat.

Di ruang besar rumah itu, Soekarno-Hatta dan Soebardjo menyusun teks proklamasi. Sementara pada pemuda menunggu di ruang tamu sambil menghitung waktu memasuki makan sahur.

Hari itu bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan 1364 Hijriah dan naskah Proklamasi itu sendiri baru selesai disusun menjelang sahur, dilansir Galajabar melalui kanal YouTube PDI Perjuangan, Sabtu, 24 April 2021.

Baca Juga: Selamat, Pemkab Sumedang Raih SAKIP RB Award

Sekitar pukul 04.00 subuh, teks proklamasi diselesaikan. Bung Karno dan Hatta lalu menyantap menu sahur seadanya yang telah disiapkan asisten rumah tangga Maeda.

Menu tersebut hanya ada ikan sarden, telur dan roti tanpa nasi. Namun, mereka tetap menyantap hidangan itu ditengah penyusunan naskah proklamasi.

"Lewat pukul 04.00 subuh, perumusan naskah proklamasi rampung. Soekarno melangkah keluar setelah mengambil makanan di dapur untuk sahur. Hatta menyusul, seusai membuka sekaleng ikan sarden dan mencampur dengan telur," tulis Rosihan Anwar dalam 'Sutan Sjahrir: True Democrat, Figter for Humanity 1909-1966.

Setelah sahur, keduanya pergi dari kediaman Maeda tanpa sepatah kata apapun. Namun, Bung Karno memecah keheningan dengan harapan apa yang mereka upayakan saat itu bisa berguna bagi Indonesia dan anak cucu kelak.***

 
 

Editor: Digdo Moedji


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x