Ilmuwan Beberkan Jumlah Minimum Manusia untuk Selamat dari 'Kiamat'

- 27 Mei 2021, 21:51 WIB
Ilustrasi kiamat.
Ilustrasi kiamat. //Pixabay
GALAJABAR- Kiamat adalah istilah untuk menggambarkan berakhirnya seluruh kehidupan di bumi dan dipercaya dan dipastikan akan terjadi.

Bagi manusia, kejadian kiamat adalah momok tersendiri dan merupakan kejadian yang menakutkan bahkan untuk dibayangkan sekalipun.

Dilansir galajabar dari Live Science, seorang ilmuwan mengungkapkan berapa jumlah minimum manusia agar dapat selamat dari peristiwa kiamat.
 
Baca Juga: Kemendikbudristek Sebut Rekrut Pekerja Lulusan D3 Rugikan Industri

Dari perang nuklir habis-habisan hingga serangan asteroid raksasa , tidak sulit membayangkan bagaimana kehidupan manusia di Bumi bisa tiba-tiba berakhir.

Tetapi dengan asumsi ada beberapa yang selamat, berapa banyak orang yang dibutuhkan untuk mempertahankan spesies kita?  

Seorang asisten profesor di Departemen Antropologi di Portland State University Oregon memaparkan bahwa jawaban singkatnya adalah, itu tergantung.
 
Baca Juga: Babak Baru Korupsi Rumah DP 0 Rupiah, PSI Kembali Sentil Anies Baswedan

Dikatakannya bahwa bencana yang berbeda akan menciptakan kondisi hari kiamat yang berbeda untuk bertahan hidup populasi manusia.

Misalnya, perang nuklir dapat memicu musim dingin nuklir , dengan korban selamat menghadapi suhu musim panas yang membekukan dan kelaparan global, belum lagi paparan radiasi.

Namun, mengesampingkan beberapa kondisi ini dan berfokus pada ukuran populasi, jumlah minimum kemungkinan besar sangat kecil dibandingkan dengan sekitar 7,8 miliar orang yang hidup saat ini.
 
Baca Juga: TERUNGKAP! Ketua KPK, Firli Bahuri Pernah Buat Daftar Pegawai yang Diwaspadai

"Dengan populasi di ratusan rendah, Anda mungkin bisa bertahan selama berabad-abad. Dan banyak populasi kecil semacam itu bertahan selama berabad-abad dan mungkin ribuan tahun," kata Cameron Smith dilansir galajabar Kamis, 27 Mei 2021.

Penelitian Smith tentang peradaban manusia purba dan kolonisasi ruang angkasa memberinya wawasan yang cukup bagus tentang harapan kelangsungan hidup kiamat kita.

Dia memperkirakan kota-kota besar akan menjadi yang paling rentan jika peradaban global runtuh , karena mereka mengimpor hampir semua makanan mereka dan sangat bergantung pada listrik.
 
Baca Juga: Generasi Muda Jabar Didorong Tingkatkan Kemampuan Literasi, Wagub Uu: Kita Inginkan Generasi Hebat

Oleh karena itu, populasi yang bertahan hidup kemungkinan besar akan menyebar untuk mencari sumber daya.

Selama periode Neolitik awal (dimulai ketika zaman es terakhir berakhir, sekitar 12.000 tahun yang lalu) ketika manusia mulai bertani, ada banyak desa kecil di seluruh dunia dengan populasi mulai dari ratusan hingga sekitar 1.000 individu, menurut Smith.

"Itu adalah populasi yang agak mandiri, tapi saya curiga mereka juga memiliki hubungan perkawinan dan hubungan perkawinan dengan desa lain. Dan dalam skenario apokaliptik, saya membayangkan hal yang sama akan terjadi." jelasnya.
 
Baca Juga: Dulu Bela, Kini Sosok Ini Belah Kebhinekaan, Rachland: Ia Belah Semua Lawan Politiknya

Populasi yang bertahan hanya beberapa ratus orang akan membutuhkan cara memelihara sistem pembiakan, kata Smith.

Perkawinan sedarah, atau perkawinan antara individu yang berkerabat dekat, merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi populasi kecil.

Konsekuensi perkawinan sedarah dapat ditunjukkan dengan jatuhnya Dinasti Habsburg Spanyol, yang memerintah Spanyol selama abad ke-16 dan ke-17.
 
Baca Juga: Khalid Basalamah Sebut Tak Usah Nyanyikan Lagu Indonesia Raya, Teddy Gusnaidi Naik Pitam

Dinasti tersebut secara teratur mempertahankan pernikahan dalam keluarga hingga 1700, ketika garis keturunan berakhir dengan Raja Charles II yang tidak subur dan cacat wajah.***

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah