GALAJABAR - Kemajuan teknologi AI (artificial intelligence), menjadi pembicaraan yang serius. Sebab kemajuan teknologi Ini menghasilkan sebuah risiko yang berbahaya bagi kehidupan manusia.
Jepang akan memimpin pembahasan tentang teknologi kecerdasan buatan ini pada pertemuan tingkat menteri Kelompok 7 (G7) pada akhir April 2023.
Revolusi AI termasuk chatbot-chatbot seperti ChatGPT, mengalami berbagai penolakan karena adanya permasalahan yang ditimbulkan, permasalahan tersebut di antaranya seperti pengumpulan data pribadi secara tidak sah dan dampak terhadap pendidikan.
Baca Juga: Almarhum Eril Wisuda di ITB Hari Ini, Ibunda Sampaikan Rencana Kelulusan yang Diinginkan Putranya
Chatbot merupakan program komputer yang dirancang dengan AI agar dapat meniru percakapan manusia melalui pesan teks atau suara.
Menteri komunikasi Jepang Takeaki Matsumoto, mengungkapkan pentingnya peran multilateral untuk meregulasi program kecerdasan buatan. Dalam keterangan persnya, Ia menyatakan kesiapan Jepang dalam memimpin pembahasan mengenai AI.
"Ingin memimpin diskusi (tentang AI) sehingga analisis dan verifikasinya dapat dilanjutkan di bawah kerangka kerja internasional," kata Matsumoto.
Pekan lalu, otoritas Italia bahkan sudah melarang sementara penggunaan Chat GPT karena adanya dugaan penggunaan data pribadi pengguna secara ilegal oleh perusahaan pengembang OpenAI.