Pilpres AS: Partai Demokrat Dihantui Deja Vu Meski Jajak Pendapat Memprediksi Joe Biden Menang

- 20 Oktober 2020, 16:40 WIB
Kolase foto Joe Biden dan Donald Trump.
Kolase foto Joe Biden dan Donald Trump. /Instagram/@realdonaldtrump/@joebiden

 

GALAJABAR - Jajak pendapat yang memprediksi kemenangan Joe Biden dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2020, November mendatang, justru tidak membuat kubu partai pendukung Biden, Demokrat, merasa nyaman.

Mereka justru seolah dihadapkan pada déjà vu, karena pada pemilu tahun 2016 lalu, jajak pendapat di pekan terakhir meramalkan Hillary Clinton akan memenangi pilpres di AS.

Dalam banyak jajak pendapat nasional, dikutip galajabar dari Fox News, calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden mengungguli Trump dengan 10 poin atau lebih. Jajak pendapat publik baru oleh EPIC / MRA awal bulan ini, menunjukkan Biden mengungguli Trump 48% -39%.

Baca Juga: Kasus Korupsi di Jabar Duduki Peringkat Pertama

Pada saat yang sama di tahun 2016, banyak pendukung Partai Demokrat – demikian pula beberapa pendukung Partai Republik-- yakin kandidat jagoan mereka akan berkantor di Gedung Putih, tetapi mereka akhirnya harus kecewa dengan hasil akhir yang menyatakan Donald Trump mengalahkan Hillary Clinton.

Kini, hal yang sama terjadi lagi. Belajar dari pemilihan presiden tahun 2016, kubu Demokrat tidak lagi begitu optimistis seperti dulu.

Ketua Partai Demokrat Michigan, Lavora Barnes mengatakan kepada The Washington Post bahwa "orang-orang masih tetap berhati-hati" mengingat apa yang terjadi pada tahun 2016.

Baca Juga: Butuh Bahan Baku Pembangkit Listrik Energi Biomassa, Jepang Beli Limbah Kelapa Sawit dari Indonesia

 “Tidak ada yang menerima begitu saja, bahkan orang-orang yang kita temui di depan pintu dan berbicara banyak di telepon,” katanya.

Nick Gourevitch, mitra di Global Strategy Group, menyuarakan ketakutan itu, menyatakan tidak ada pihak Demokrat yang merasa tenang dengan hasil jajak pendapat.

"Biden tampaknya dalam kondisi yang lebih baik, tetapi Trump masih mungkin menang."

Baca Juga: Positif Covid-19, Pemilik Panti Pijat Kabur dari Ambulans ke Tengah Pendemo UU Cipta Kerja

Akan tetapi, keadaan kali ini sedikit berbeda. Tidak seperti tahun 2016, tidak ada kandidat pihak ketiga yang tangguh, dan persepsi tentang Biden tidak separah Hillary Clinton.

FiveThirtyEight, situs pemungutan suara yang menggunakan analisis statistik, Senin, melaporkan bahwa Biden memimpin dengan dua digit dalam jajak pendapat nasional dan "hanya sedikit lebih dekat" dalam pemungutan suara tingkat negara bagian.

Sebuah postingan di situs web mengakui kesalahan dalam metodologi jajak pendapat 2016. Dikatakan, banyak lembaga survei telah berubah sejak saat itu dengan memberikan bobot lebih pada tingkat pendidikan responden. ***

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x