Siapkan Antisipasi, Fenomena La Nina Menyapa Hampir Seluruh Wilayah Indonesia

14 Oktober 2020, 15:53 WIB
Ilustrasi dampak La Nina. BMKG waspadai peralihan musim dan dampak La Nina terhadap bencana /PIXABAY/David Mark


GALAJABAR - Memasuki Oktober 2020, rakyat Indonesia harus mewaspadai fenomena alam yang kemungkinan melanda, yaitu La Nina.

Setelah dijerang kemarau selama beberapa bulan, hampir seluruh wilayah Indonesia akan mengalami gejala alam yang ditandai dengan curah hujan yang tinggi intensitasnya. 

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan La Nina menyebabkan kenaikan curah hujan hingga 40 persen dibandingkan kondisi normal. 

Baca Juga: Pegiat KAMI Ditangkap, Kompolnas Dapat Merekomendasikan Penyalahgunaan Wewenang

Dikutip galajabar dari pikiranrakyat.com, memasuki bulan Oktober 2020, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan fenomena La Nina mulai terjadi.

 

Gejala alam ini terjadi akibat meningkatnya suhu permukaan di Samudera Pasifik timur, dan tengah, sehingga menyebabkan kelembapan suhu di atas perairan.

Baca Juga: Tiga Bank Syariah Dimerger, BNI Syariah: Industri Halal Akan Berkembang

Hal tersebut menjadi penyebab dari pembentukan awan serta meningkatnya curah hujan di berbagai wilayah Indonesia.

 

BMKG memperingatkan bahwa puncak fenomena La Nina akan terjadi di Indonesia antara Desember 2020 hingga Januari 2021.

Meski demikian, fenomena La Nina sudah mulai terasa dan berdampak pada curah hujan yang tinggi di hampir seluruh Indonesia.

Baca Juga: Waspada! La Nina Sedang Berkembang di Samudra Pasifik, Indonesia Bakal Terdampak

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan akan potensi bencana yang bisa saja terjadi.

"La Nina puncaknya akan terjadi pada Desember 2020. Sehingga kita perlu mewaspadai puncak La Nina dan musim hujan antara Desember, Januari, Februari," kata Dwikorita.

 

Sementara itu, pada 11 Oktober 2020, Deputi Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Lilik Kurniawan meminta kepada para pemangku kepentingan dan masyarakat agar mengantisipasi fenomena cuaca La Nina.

Baca Juga: Ukraina Kalahkan Spanyol, Sheva Puji Perjuangan Anak Asuhnya

Antisipasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan data meteorologi sehingga dapat melakukan mitigasi bencana secara saksama.

Menurutnya, apabila La Nina ini tidak di antisipasi dengan baik, maka dapat memicu bencana yang tak jarang merugikan seperti hidrometeorologi.

Hidrometeorologi adalah bencana akibat jumlah debit air dan statistik curah hujan, seperti banjir, tanah longsor, hingga angin puting beliung.

Menurut BMKG, hanya ada dua wilayah Indonesia yang tidak akan terdampak oleh fenomena ini, yakni Papua bagian timur dan Sumatera.

Baca Juga: Kabar Gembira Untuk Warga Garut, KA Garut-Cibatu Mulai Beroperasi Awal 2021 Mendatang

Meskipun demikian, saat ini Sumatera telah mengalami intensitas hujan yang tinggi dipicu oleh kondisi topografi lokal.

Di Jawa Barat, Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, Dani Ramdan di Bandung, Selasa, 13 Oktober 2020, mengatakan, BPBD Jabar telah menandai beberapa kota/kabupaten yang rawan terkena dampak La Nina.

Wilayah-wilayah tersebut adalah Bogor, Sukabumi. Kemudian mengarah ke selatan, yaitu Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Pangandaran.

Baca Juga: Kemenag Harus Memperjuangkan Masyarakat agar   Bisa Beribadah  Haji dan Umrah

Di wilayah utara Jabar, La Nina rawan melanda Karawang,
Kabupaten Subang karena punya muara Sungai Citarum,
Bekasi dengan potensi sungai yang akan berdampak.

Terakhir, wilayah Bandung Raya, yaitu Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, dan Kota Bandung. (Penulis: Rahmi Nurfajriani)***

Editor: Noval Anwari Faiz

Tags

Terkini

Terpopuler