Tahu Daerah Saritem di Bandung? Begini Ternyata Sejarah Bekas Lokalisasi di Kota Kembang Ini...

- 22 Desember 2020, 16:15 WIB
Ilustrasi prostitusi.
Ilustrasi prostitusi. /pixabay.com/geralt
GALAJABAR - Di hampir semua kota besar terdapat lokalisasi atau tempat prostitusi, termasuk di kota Bandung. Saritem namanya. 
 
Nama ini sudah familiar di telinga beberapa kalangan. Lokalisasi terbesar di Jawa Barat ini memang terkenal, bahkan sejak zaman kolonial Belanda.
 
Saritem terletak tak jauh dari stasiun kereta di Bandung. Tepatnya berada di antara Jalan Astanaanyar dan Gardujati.
Lokasi ini sudah dijadikan sebagai lokalisasi sejak zaman kolonial Belanda. Para pekerja seks komersial (PSK) dipajang di setiap rumah dengan menggunakan kebaya khas pribumi. Tempat ini berdiri sejak tahun 1838.
 
Nama Saritem diambil dari nama seorang gadis desa. Konon Saritem memiliki paras cantik dan berkulit putih. Pesona kecantikan Saritem memikat petinggi Belanda di masa itu.
 
Saking tergila-gilanya, sang petinggi kemudian menjadikan Saritem sebagai gundik. Semenjak itu, Saritem yang awalnya hanya gadis desa kemudian menjadi "Nyonya Belanda". Namanya pun berubah menjadi Nyai Saritem.
Berselang beberapa tahun, Nyai Saritem diminta oleh pembesar Belanda tersebut untuk mencari wanita yang bisa diajak kencan oleh para serdadu Belanda yang masih melajang.
 
Saat itu daerah Gardujati memang dijadikan sebagai markas militer Belanda. Dalam misinya tersebut, Nyai Saritem difasilitasi sebuah rumah yang cukup besar.
 
Semakin hari perempuan-perempuan yang dikumpulkannya semakin banyak. Perempuan-perempuan tersebut berasal dari sekitar Bandung, seperti Sumedang, Cianjur, Garut, serta Indramayu. Bisnisnya semakin besar, Nyai Saritem semakin terkenal.
Bisnis berahi milik Nyai Saritem ini berkembang sangat pesat. Pengunjung yang datang tak hanya berasal dari kalangan serdadu lajang.
 
Para prajurit yang sudah lanjut usia juga kerap berkunjung ke tempat ini. Bukan hanya warga Belanda, kalangan pribumi juga tak sedikit yang berkunjung dan mencicipi bisnis Nyai Saritem ini.
 
Terinspirasi dari keberhasilan Nyai Saritem, kawan-kawan yang senasib menjadi gundik para Belanda ini juga turut membuka bisnis serupa.
Rata-rata mereka dulunya sempat menjadi perempuan yang bekerja pada Nyai Saritem. Sepeninggal Nyai Saritem, pusat lokalisasi di Bandung ini kemudian dikenal sebagai "Saritem".
 
Walaupun lokalisasi ini sudah ditutup sejak tahun 2007 lalu saat kota Bandung dipimpin oleh Wali Kota Dada Rosada. Meski demikian, kegiatan prostitusi di tempat ini kadang masih suka dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
 
Penggrebekan terakhir di tempat ini terjadi pada tahun 2015 yang dilakukan secara besar-besaran. Diharapkan setelah penggerebekan ini, tidak ada lagi kegiatan prostitusi di sana. (Penulis: Edi Kusnaedi)***

Editor: Noval Anwari Faiz

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x