GALAJABAR - Kepala Bidang Rekontruksi dan Rehabilitasi pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Diki Sudrajat mengungkapkan, 16 kecamatan di Kabupaten Bandung rawan bencana banjir, angin kencang, dan tanah longsor.
"Selama tahun 2021 ini, BPBD mencatat terjadi 46 kejadian bencana. Kejadian bencana banjir bandang, longsor itu berkaitan dengan cuaca dan iklim hidrometeorologi," kata Diki Sudrajat saat menjadi narasumber dalam kegiatan "Ngawangkong Bari Ngopi" di Halaman Gedung Tourism Information Center Soreang, Kamis 23 Desember 2021sore.
Namun uniknya berbagai kejadian bencana di tahun 2021 itu, lanjut Diki, menyebar di sejumlah kecamatan, meski dengan skala tak terlalu besar, dan menyebar di belasan kecamatan.
Baca Juga: Bantah Tudingan Sebagai Orang Suruhan Cikeas, Habib Bahar: Mana Ada, SBY Aja Saya Gak Kenal
Untuk mengantisipasi kejadian bencana di masing-masing wilayah, BPBD menyiapkan sejumlah posko, di antaranya di Cimenyan, Ciwidey, Nagreg, dan Margaasih.
Terkait dengan kejadian bencana di Kabupaten Bandung, ia mengatakan, hampir tiap hari menerima laporan kejadian di beberapa wilayah yang masuk ke Pusdalop BPBD.
"Kita tak fokus lagi di kawasan Bojongsoang, Baleendah dan Dayeuhkolot. Personel BPBD disebar ke titik rawan longsor dan banjir lainnya, yaitu ke Pangalengan, Kertasari, dan daerah lainnya," ungkapnya.
BPBD, kata Diki, selalu respon dalam menghadapi berbagai bencana banjir di Kabupaten Bandung, khususnya di wilayah yang langganan rawan banjir.
"Dalam penanganan banjir itu, melibatkan unsur relawan BPBD. Apalagi, saat ini cenderung lebih banyak para relawan yang terlibat dalam kebencanaan," ungkapnya.
Diki juga turut menyampaikan penyebab banjir bandang yang terjadi di sejumlah tempat. Selain disebabkan penampang aliran air yang sempit dan dangkal, disaat air mengalir cukup deras.
"Penyebab lainnya, lahan yang seharusnya ditanami pohon keras, ini ditanami sayuran seperti kol, kentang dan tanaman sayuran lainnya. Akibatnya, rawan terjadi banjir bandang, dan air masuk ke kawasan permukiman warga," ungkapnya.
Diki juga mengungkapkan, dengan adanya pengerjaan penyodetan dan pembangunan terowongan Curug Jompong di aliran Sungai Citarum, termasuk penyodetan Cisangkuy dapat mengurangi atau meminimalisir genangan banjir.
"Saat ini, Kamasan Banjaran tak terjadi lagi banjir. Termasuk Bojongsoang, Dayeuhkolot, dan Baleendah yang semula banjir sampai selama seminggu, kini dua hari sudah surut. Lebih cepat surut banjirnya," jelasnya.
Ia juga turut mengungkapkan kondisi tanggul Sungai Cisunggalah di Desa Panyadap Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung, yang rawan terjadi luapan air.
"Tanggul ditinggikan, ketika aliran air besar, air mudah meluap," ujarnya.
Ditanya kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana, Diki mengatakan, pada umumnya masyarakat di lokasi rawan bencana sudah siap disaat ada ancaman bencana.
"Apalagi di kawasan itu sudah terbiasa langganan banjir, mereka langsung mengungsi," katanya.
Baca Juga: Bukan karena Sopan, Ini Alasan Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie Hanya Dituntut 1 Tahun Rehabilitasi
Untuk antisipasi bencana, dikatakannya, BPBD membentuk desa tangguh bencana. Sejumlah pihak yang terlibat turut membantu menginformasikan disaat terjadi rawan banjir, dan membantu penanggulangan bencana tersebut.
"Yang menjadi program BPBD, di antaranya pembentukan relawan kebencanaan, relawan pascabencana, relawan trauma healing, relawan kesiapsiagaan dan kebencanaan. Kita terus melakukan pembinaan kepada masyarakat, bagaimana menghadapi bencana," katanya.
BPBD juga terus berusaha untuk meminimalisir cuaca ekstrem yang akan terjadi pada Januari hingga Februari 2022 mendatang.***