126 Juta Hektare Lahan Miliki Kesuburan Rendah, Pakar: Ini Penyebab Kita Banyak Mengimpor Bahan Pangan

- 8 Maret 2022, 08:47 WIB
Ilustrasi: Kapolres 126 Juta Hektare Lahan Miliki Keseburan Rendah, Pakar: Ini Penyebab Kita Banyak Mengimpor Bahan Panganta Tasikmalaya AKBP Anom Karibianto meninjau area lahan perkebunan jagung di Kaki Ginung Galunggung, Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya, Rabu 5 Agustus 2020.*
Ilustrasi: Kapolres 126 Juta Hektare Lahan Miliki Keseburan Rendah, Pakar: Ini Penyebab Kita Banyak Mengimpor Bahan Panganta Tasikmalaya AKBP Anom Karibianto meninjau area lahan perkebunan jagung di Kaki Ginung Galunggung, Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya, Rabu 5 Agustus 2020.* /Pikiran-Rakyat.com/Asep MS/

GALAJABAR - Di Indonesia ada sekitar 126 juta hektare tanah yang merupakan lahan suboptimal atau memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Angka ini lebih besar dari luasan lahan potensial pertanian yang tersedia dan siap digunakan, yaitu sekira 34,58 juta hektare.

“Lahan suboptimal di Indonesia memerlukan penanganan yang hati-hati berbasis spesifik lokasi, karena rentan terdegradasi,” ungkap Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Mahfud Arifin, Ir., M.S., dalam keterangan persnya, Selasa 8 Maret 2022.

Guru besar bidang ilmu tanah tersebut menjelaskan, kondisi lahan marginal di Indonesia bisa disebabkan dua hal, yaitu secara alami dan salah pengelolaan. Untuk faktor alamiah, beberapa wilayah di Indonesia secara kodratnya memiliki tanah yang miskin mengandung unsur hara. Salah satunya diakibatkan oleh proses pelapukan sudah berlangsung lama.

Baca Juga: Luar Biasa! Tottenham Hotspur Taklukan Everton dengan Skor 5-0, Everton semakin Terancam Degradasi

Karena proses pelapukan yang sudah berlangsung lama membuat mineral kaya nutrisi sudah terlapuk dan tercuci. Dengan demikian, mineral-mineral yang tersisa adalah mineral yang tahan lapuk dan miskin nutrisi. Hal ini membuat tanah menjadi suboptimal untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.

Sementara faktor pengelolaan yang salah terjadi karena tanah terlalu dieksploitasi untuk aktivitas pertanian. Eksploitasi berlebihan akan membuat tanah menjadi “lelah”. Dalam jangka panjang, hal ini akan memicu degradasi lahan.

“Jika biasanya tanah itu cukup ditanam dua kali setahun, ini dipaksa tiga kali setahun tidak diberi recovery terlebih dahulu. Padahal tanah juga butuh recovery,” kata Prof. Mahfud.

Baca Juga: Ini Makna Asmaul Husna: Al Barr, At Tawwab, Al Muntaqim, Semoga Allah Menerima Taubat Kita

Diakui Prof. Mahfud, tanah dengan tingkat kesuburan rendah ini cukup merepotkan jika akan dimanfaatkan untuk aktivitas pertanian. “Input teknologinya merepotkan. Pupuknya harus banyak, bahan organiknya harus banyak, karena mudah terdegradasi,” ujarnya.

Lebih lanjut Prof. Mahfud menjelaskan, langkah tepat untuk menangani tanah suboptimal adalah dengan menumbuhkan vegetasi. Tanah suboptimal yang dibiarkan terpapar matahari akan membuat unsur hara di dalamnya menjadi mengkristal. Akibatnya, tanah akan menjadi sulit diolah.

Halaman:

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah