“Untuk menurunkan angka kejadian osteoporosis, maka penyakit ini harus diketahui sedini mungkin,” ujarnya.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode pemeriksaan hormonal dan sitokin. Pemeriksaan hormonal yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar estradiol serum dan kadar IGF-I serum, sedangkan pemeriksaan sitokin yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar IL-6 serum.
Melalui analisis regresi logistik ganda hubungan secara simultan antara kadar estradiol, IL-6, IGF-I, dan olahraga teratur, ditemukan bahwa wanita menopause yang berolahraga tidak teratur memiliki risiko terjadinya osteoporosis 4,67 kali lebih besar dibadingkan dengan wanita menopause yang berolaharaga teratur. S
Secara detail, wanita menopause yang berolahraga teratur dengan kadar estradiol lebih dari 16,38 pg/mL, kadar IL-6 kurang atau sama dengan 1,661 ng/mL, dan kadar IGF-I lebih dari 69 ng/mL mempunyai peluang terjadinya osteoporosis sebesar 16,3%.
Sementara pada wanita menopause yang berolahraga tidak teratur dengan kadar estradiol, kadar IL-6, dan kadar IGF-I yang sama mempunyai peluang terjadinya osteoporosis 47,6%.
Wanita menopause yang berolahraga teratur dengan kadar estradiol kurang dari atau sama dengan 16,38 pg/mL, kadar IL-6 kurang dari atau sama dengan 1,661 ng/mL, dan kadar IGF-I lebih dari 69 ng/mL mempunyai peluang terjadinya osteoporosis sebesar 19%.
Pada wanita menopause yang berolahraga tidak teratur dengan kadar estradiol, kadar IL-6, dan kadar IGF-I yang sama mempunyai peluang terjadinya osteoporosis 52,2%.
“Pada kondisi kadar estradiol yang rendah, kadar IL-6 yang tinggi, dan kadar IGF-I yang rendah beresiko terjadinya osteoporosis,” kata Prof. Vita.
Orasi ilmiah tersebut dibacakan berkenaan Penerimaan Jabatan Guru Besar bidang Ilmu Fisiologi pada FK Unpad dalam upacara pengukuhan yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Kamis 31 Maret 2022. ***