Din Syamsudin Blak-blakan Soal Cap Radikal: Itu Adalah Proyek Amerika

22 Februari 2021, 08:43 WIB
/

GALAJABAR - Setelah Mantan Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin dicap radikal oleh Gerakan Anti Radikal (GAR) Institut Teknologi Bandung (ITB), ia mengungkapkan soal radikal.

Jurnalis senior Karni Ilyas meminta Din Syamsuddin untuk memberikan tanggapan soal tuduhan radikal dalam perbicangan melalui kanal YouTube Karni Ilyas Club, Ahad, 21 Februari 2021.

Din sangat tidak kaget atas tuduhan tersebut karena tidak berdasarkan hal yang faktual.

Baca Juga: Bocoran Sinopsis Ikatan Cinta 22 Febuari 2021 Elsa Ditangkap Polisi, Identitas Reyna Terungkap

“Baik secara subjektif saya rasakan itu bukan jati diri atau watak saya untuk bertindak seperti itu,” ujar Din kepada Karni Ilyas.

Ia menganggap bahwa selama ini kegiatan dakwah yang dilakukan tidaklah radikal, namun kebalikannya.

Mantan Ketum Muhammadiyah tersebut menyatakan tidak setuju dengan deradikalisasi karena disebut merupakan proyek mantan Presiden Amerika George W. Bush.

Baca Juga: Peringatan Dini Cuaca 22 Februari 2021 di Wilayah Jawa Barat: Sebagian Besar Mengalami Hujan Petir

“Saya tidak setuju dengan deradikalisasi proyek presiden Bush itu,” ucapnya.

Sejak 2012, Din sudah terlibat dalam sebuah konferensi yang menolak kekerasan dalam beragama.

“Kami meluncurkan satu gerakan sejak 2012, Countering Violent Extremism, jadi meng-counter ekstrimitas yang menampilkan kekerasan, nah ini yang dipakai dunia,” tutur Din.

Dia pun menjelaskan bahwa kata radikal mempunyai arti positif, tidak selalu bermakna negatif.

Baca Juga: Hasil Liga Italia, Atalanta Atasi Napoli, Roma Hanya Imbang

“Radikal itu akar, beragama harus radikal, artinya berpegang pada akar agama. Sama halnya bernegara harus radikal, berpegang kepada dasar negara,” katanya.

Saat ini, kata radikal sudah mengalami distorsi yang digunakan dalam makna negatif dan ditujukan terhadap dai dan kelompok yang dicap radikal.

“Patut diduga mereka (GAR-ITB) yang memasang spanduk di kampus ITB ‘Pecat Din Syamsuddin dari anggota MWA ITB’ karena radikal katanya,” tutur Din.

Baca Juga: Flashback 22 Februari; Perkenalan Domba Dolly, Hewan Mamalia Pertama Hasil Kloning

Sejak awal pembentukan Majelis Wali Amanat (MWA), Din mengaku sudah mencium ada pertarungan yang tidak sehat.

“Saya mengendus dari awal ini ada aroma pertarungan ideologis ya,” ujarnya.

Pria berusia 62 tahun tersebut melihat bahwa hal tersebut merupakan sebuah malapetaka bagi bangsa.

Baca Juga: Longsor dan Angin Kencang Melanda Kabupaten Bandung Barat, Duddy Minta Warga Tingkatkan Kesiapsiagaan

“Kalau di kampus-kampus kita, termasuk di pusat (pemerintah) muncul lagi seperti itu, ini sudah lagu lama, di UI, di ITB, di Gajah Mada,” tambahnya.

Karni Ilyas pun mengajukan pertanyaan soal pihak mana yang masuk dalam cakupan deradikalisasi.

“Iya Islam dan non-Islam yah, dulu kita kenal ada dikotomi santri abangan, kemudian sudah cair sebenernya tahun '90-an, tapi setelah reformasi, dikotomi ini (radikal) muncul,” jawab Din.

Baca Juga: Ramai Dugaan Perselingkuhan Nissa Sabyan dengan Ayus, Begini Tanggapan Ustadz Zacky Mirza

Din mengungkapkan bahwa cap radikal tersebut merupakan kepentingan dari pihak yang sudah mempunyai tujuan ideologis.

“Tapi ideologi politiknya bukan kepada kepentingan Islam, apalah ya sebut nasionalis, sosialis, bahkan komunis, atau sekuler, liberal, dan lain sebagainya,” jelasnya.

Selain itu, Din memang sudah merasa tidak nyaman sejak awal saat mengetahui maksud di balik pembentukan GAR-ITB.

Baca Juga: Tanggapi Soal Revisi UU ITE, Roy Suryo: Kalau Jokowi Serius, Jalan Terbaik Terbitkan Perppu

“Saya tahu diri, sebagai orang yang datang dari universitas lain, berada di situ (ITB), saya berjanji untuk tidak ikut terlibat,” tambahnya. (Penulis: Naufal Althaf M.A.)***

Editor: Noval Anwari Faiz

Sumber: YouTube Karni Ilyas Club

Tags

Terkini

Terpopuler