Jokowi: Simulasi, Distribusi, dan Kesiapan Vaksinasi Covid-19 Harus Terus Dievaluasi

- 23 November 2020, 11:09 WIB
 Ilustrasi vaksin Covid-19: Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 berjanji akan memastikan semua negara memiliki akses yang adil untuk vaksin Covid-19.
Ilustrasi vaksin Covid-19: Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 berjanji akan memastikan semua negara memiliki akses yang adil untuk vaksin Covid-19. /PEXELS/Nataliya Vaitkevich

 

 

GALAJABAR - Sebelum vaksin diberikan kepada masyarakat, simulasi vaksinasi Covid-19 harus terus dilakukan. Selain itu, hal penting lainnya adalah distribusi vaksin dan kesiapan vaksinasi.    

Hal itu dikatakan Presiden Joko Widodo dalam rapat kabinet terbatas dengan topik "Laporan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional" yang diikuti oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin dan para menteri Kabinet Indonesia Maju, di Istana Merdeka Jakarta, Senin, 23 November 2020.

"Kemarin saya lihat simulasi vaksinasi di lapangan sudah baik dan saya minta simulasi terus dilakukan," ujar Jokowi seperti dikutip dari Antara News.

Baca Juga: Inter Milan vs Real Madrid dan Liverpool vs Atalanta Bakal Panaskan Liga Champions Tengah Pekan Ini

Pada Rabu (18/11), Presiden Jokowi menyaksikan simulasi imunisasi vaksin Covid-19 di Puskesmas Tanah Sereal "Harapan Keluarga" Kota Bogor.

"Saya akan mengecek 1-2 kali lagi sehingga nanti saat pelaksanaan betul-betul pada kondisi yang sudah sangat baik," kata dia.

Presiden juga menyinggung pentingnya distribusi vaksin.
Baca Juga: Video Musik Epik BLACKPINK 'DDU-DU DDU-DU' Lewati 1,4 Miliar Klik! Pertama dalam Sejarah Grup K-Pop
"Paling penting menurut saya terus dilihat, dievaluasi mekanisme proses distribusi vaksin, yang menurut saya paling penting agar perjalanan vaksin ke daerah ini bisa berjalan aman dan lancar," katanya.

Selain itu, Jokowi juga ingin mendapatkan laporan terkait  proses distribusi dan pengajuan izin ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Kesiapan vaksinasi juga sudah berapa persen, baik yang menyangkut proses distribusi, persiapan untuk cold chain, seller-nya seperti apa dan proses administrasi menuju ke tahapan-tahapan di BPOM dan berkaitan dengan emergency use authorization seperti apa," ungkapnya.
Baca Juga: AC Milan Harap-harap Cemas Tunggu Hasil Pemeriksaan Cedera Zlatan Ibrahimovic
Indonesia menyepakati pengadaan 143 juta dosis konsentrat vaksin dengan perusahaan farmasi asal Cina, yaitu Sinovac, Sinopharm, dan CanSino.

Masing-masing 65 juta dan 15 juta hingga 20 juta konsentrat vaksin. PT Bio Farma akan menjadi BUMN yang memproduksi vaksin ini.

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran telah melakukan uji klinis tahap ketiga  sejak Agustus 2020. Sebanyak 1.620 relawan sudah mendapatkan suntikan pertama dan belum ada efek samping.

Baca Juga: Kasus Djoko Tjandra: Tim Supervisi KPK Telaah Kemungkinan Keterlibatan Pihak Lain
Tiga juta dosis vaksin Covid-19 yang harus disiapkan Bio Farma mulai November 2020. Setelah itu, BPOM bertugas mengeluarkan emergency use authorization (EUA) yang menyatakan vaksin aman untuk diproduksi dan disuntikkan kepada masyarakat. Tahapan tersebut memerlukan waktu sekitar tiga minggu.

Indonesia juga menjalin kerja sama vaksin dengan perusahaan teknologi G-24 asal Uni Emirat Arab (UAE) untuk memasok 10 juta dosis vaksin melalui kerja sama dengan PT Kimia Farma.

Baca Juga: Jadwal Lengkap Liga Champions Eropa Tengah Pekan Ini, Inter vs Real Madrid dan Liverpool vs Atalanta
Pada kuartal kedua 2021, juga akan dilakukan pengiriman pertama vaksin Covid-19 produksi AstraZeneca. *** 

 

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x