Soal Ekspor Lobster, Hashim Kritik Kebijakan Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti

- 4 Desember 2020, 21:04 WIB
Adik Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo. /Antara
Adik Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo. /Antara /

GALAJABAR - Adik Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, menilai kebijakan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Kerja, Susi Pudjiastuti, keliru karena melarang budidaya lobster.

"Maaf ya, menurut saya menteri lama (Susi Pudjiastuti) sangat-sangat keliru. Masa kami dilarang ekspor, dilarang budidaya lobster? Menurut saya, dan juga banyak orang merasa Indonesia berpotensi menjadi adikuasa produk-produk kelautan. Kita harusnya yang besar, bukan Vietnam. Maka kebijakan menteri lama sangat keliru. Susi keliru menurut saya," kata Hashim dalam konferensi pers di Pantai Mutiara, Pluit, Jakarta Utara, Jumat 4 Desember 2020.

Ia mengungkapkan,  kebijakan melarang budidaya lobster itu telah membuat banyak usaha budidaya lobster milik nelayan di Indonesia ditutup.

Baca Juga: Catat Waktunya! Berikut Lokasi SIM Keliling dan Persyaratan yang Harus Dibawa

"Usaha budidaya lobster nelayan miskin ini ditutup. Di Jawa Barat, Jawa Timur, di mana-mana, di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat," kata Hashim dikutip galajabar dari Antara.

Ia  mengatakan bahwa hingga hari ini dirinya masih mendukung kebijakan tersebut dihentikan.

"Dengan kata lain, saya sangat setuju ekspor lobster," kata Hashim.

Baca Juga: Catat Tanggal dan Harinya ! Pekan Depan Flyover Simpang Jalan Jakarta-Supratman Diujicobakan
​​​​​​​
​​​​​​​Sementara itu, dalam kesempatan tersebut Hashim mengatakan bahwa PT Bima Sakti Mutiara (BSM), perusahaan yang kini dipimpin anaknya, Rahayu Saraswati, telah berbisnis selama kurang lebih 34 tahun (sejak tahun 1986) tidak pernah memiliki keinginan untuk memonopoli dalam kegiatan bisnisnya.

Adapun, keinginan perusahaan yang semula bergerak dalam bisnis mutiara itu untuk terjun ke bisnis budidaya hasil laut lainnya adalah karena didorong lesunya bisnis mutiara tersebut.

 "Lima tahun yang lalu, bisnis mutiara itu sedang mulai mengalami mandek. Kami merugi terus, terus terang saja. Kami memiliki 214 karyawan di Nusa Tenggara Barat. Timbul ide lima tahun lalu untuk mengajukan diversifikasi di luar mutiara," kata Hashim.

Halaman:

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x