GALAJABAR - Ketua Majelis Ulama Indonesia atau MUI, Cholil Nafis mengaku heran dengan "perang narasi" antara kelompok yang pro Palestina dengan kelompok yang pro Israel yang terus terjadi hingga saat ini.
Cholil menganggap bahwa perang narasi tersebut jauh lebih berbahaya daripada gempuran serangan roket Israel ke Palestina.
“Sekarang perang narasi itu melebih serangan roket (dari Israel ke Palestina),” tulis Cholil, melalui akun Twitternya @cholilnafis, Rabu 26 Mei 2021.
Baca Juga: Soroti Klaim PDIP Sebagai Partai Terbersih, Said Didu: Makin Jelas Tanda-tanda Jadi ‘Partai Tunggal’
Hal tersebut kata Cholil, disebabkan karena perang narasi tersebut dapat menghancurkan fakta terkait konflik antara Palestina dengan Israel.
“Yang menghancurkan persepsi kebenaran jadi buram dan memutarbalikan fakta,” ungkap Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tidak hanya itu, Cholil juga menganggap bahwa perang narasi antara kelompok yang pro Palestina dengan kelompok yang pro Israel dapat mematikan akal sehat manusia.
Baca Juga: Jatuh dari Ketinggian 1.000 Kaki, Pendaki Gunung Denali Ini Alami Kondisi Serius Hingga Cedera Traumatis
“Palestina digempur roket yang mematikan, sedangkan pendukung luar negeri dihantam dengan narasi yang mematikan akal sehat,” jelas Cholil.
Melalui akun Instagram @cholilnafis, Cholil menyampaikan bahwa perang narasi tersebut berawal dari keyakinan kelompok yang pro Israel pada kitab Talmud.
Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa Palestina merupakan tanah Yahudi yang dijanjikan.
Baca Juga: Rusia dan Arab Saudi Bergandengan, Siapkan Misi Kerja Sama di Bidang Antariksa
Melalui Deklarasi Balfour 1917, kaum Yahudi berbondong-bondong hijrah dari Eropa ke Palestina.
Menurut Cholil, keberadaan deklarasi tersebut telah memperkeruh situasi di Palestina.
“Inilah yang menyebabkan perang dengan negara-negara Arab di sekitarnya,” tutur Cholil.
Maka dari itu, Cholil menegaskan bahwa klaim kaum Yahudi atas berdirinya negara Israel merupakan sesuatu yang dianggap tidak logis.
“Apa pun alasannya, yang jelas peperangan, apalagi kekejaman kepada penduduk tak bersalah, perempuan dan anak-anak tentu melanggar kemanusiaan. Tak perlu sampai cerita soal agama, sebagai manusia aja pasti tak setuju dengan kebiadaban Israel,” pungkasnya. (Penulis: Dharma Anggara)***