Utang Kian Parah, Tokoh Papua: Prestasi Jokowi yang Paling Menonjol adalah Terus Mengutang di Tengah Pandemi

- 1 Agustus 2021, 22:25 WIB
Ilustrasi Covid-19. Dinkes Kabupaten Indramayu kembali memperbaharui data Covid-19 periode Sabtu 31 Juli 2021,
Ilustrasi Covid-19. Dinkes Kabupaten Indramayu kembali memperbaharui data Covid-19 periode Sabtu 31 Juli 2021, /Pixabay/ Geralt/

GALAJABAR– Tokoh masyarakat Papua, Christ Wamea kembali mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Christ Wamea memang terkenal vokal mengkritik pemerintahan. Kali ini ia menyoroti utang Indonesia yang kian menggunung.

Menurutnya prestasi pemerintahan Jokowi yang paling menonjol adalah terus melakukan utang bahkan di tengah pandemi Covid-19.

Hal ini ia utarakan melalui akun Twitter pribadi @PutraWadapi pada Minggu, 1 Agustus 2021.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 2 Agustus 2021: Bingung Harus Kemana, Elsa Datang ke Rumah Ricky

“Prestasi Jokowi yg paling menonjol adlh terus ngutang di tengah Pandemi,” katanya.

Sebagaimana diketahui, pemerintah melalui Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati akan terus mencari utang pada kuartal II tahun ini.

Sri Mulyani mengatakan, utang baru pada kuartal II tahun 2021 diproyeksikan mencapai Rp 515.1 triliun. Kendati jumlahnya besar, proyeksi utang tersebut lebih kecil dari jumlah utang dalam UU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021.

Baca Juga: Dudung Tak Lagi Jualan Bendera di Solo, Tahun Ini Memilih di Solokanjeruk

Menurut dia, ini hal bagus, karena Indonesia telah menurunkan 18.6 persen utangnya. Hal ini ia utarakan dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran (Banggar), Senin, 12 Juli 2021.

“Prognosa kita untuk kuartal II hanya akan mencapai Rp 515,1 triliun. Ini hal yang bagus, berarti kita mengurangi kenaikan utang yang tadinya Rp 1.177 triliun menjadi Rp 958 triliun atau turun 18.6 persen,” ujarnya.

Lebih lanjut, menteri satu ini menjelaskan, proyeksi utang pada kuartal I tahun 2021 adalah Rp 443 triliun. Jika dijumlahkan dengan proyeksi utang kuartal II tahun 2021, maka totalnya adalah Rp 958 triliun. Angka itu lebih rendah sebesar Rp 219 triliun.

Baca Juga: Kebijakan Pengunjung Wajib Vaksin Masuk Mal, Ali Syarief: Potret Indonesia Dalam Kegelapan

Sri Mulyani menyatakan, penurunan terjadi karena defisit APBN yang lebih rendah. Meski masih 5.7 persen dari PDB, defisit secara nominal akan ditekan menjadi Rp 939.6 triliun dari Rp 1.006,4 triliun. Nominal ini menyusut sekitar Rp 66.8 triliun. ***

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah