“Nah karena itu, di dalam kepala presiden, logikanya saya terangkan, dia pasti minta perpanjangan supaya ada waktu untuk memperbaiki rapot merahnya tuh. Kira-kira begitu pikirannya,” katanya.
Sementara oligarki memiliki kepentingan lain yang sama dengan presiden.
“Dan oligarki punya kepentingan perpanjangan itu, sebab kalau rapot merah presiden ditemukan rakyat sebelum 2024, maka oligarki juga berakhir sebelum 2024,” imbuhnya.
Sehingga oligarki dan presiden akhirnya membuat kesepakatan secara diam-dam.
“Jadi berusaha lah oligarki ini dengan semacam kesepakatan diam-diam dengan presiden bahwa mereka akan melanjutkan ide tiga periode atau perpanjangan tiga tahun itu,” ungkapnya.
Skenario pun dibuat agar rakyat seolah tidak percaya dengan KPU dan oposisi.
“Itu intinya dan karena itu dibikinlah skenario mesti diatur sedemikian rupa, rakyat tidak percaya pada KPU itu, rakyat tidak percaya pada ide-ide yang diajukan oleh oposisi,” terangnya.
Ahli filsuf ini juga sadar bahwa sebenarnya rakyat sama sekali tidak menghendaki amandemen.