Indonesia Terancam Kena Jebakan Cina Lewat Proyek Kereta Cepat, Pengamat: Rakyat Akan Tanggung Beban Utang

- 8 Desember 2021, 15:42 WIB
Ekonom dari INDEF, Bhima Yudhistira.*
Ekonom dari INDEF, Bhima Yudhistira.* /Dok. Pribadi/Bhima

GALAJABAR - Indonesia kini terancam terkena jebakan Cina melalui proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Jebakan Cina itu disampaikan secara detail oleh pengamat ekonomi, Bhima Yudhistira melalui kanal YouTube tvOneNews.

Jebakan Cina yang dimaksud Bhima Yudhistira itu berupa jebakan utang atau debt trap.

“Kereta Cepat Jakarta-Bandung terindikasi masuk ke dalam jebakan utang atau debt trap,” ujar Bhima Yudhistira, seperti dikutip Galajabar, Rabu, 8 Desember 2021.

Menurut Bhima, jebakan Cina itu bisa dilihat dari perubahan sistem pendanaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Baca Juga: BICARA Mengajak Generasi Muda Tertarik dan Tidak Takut untuk Terjun ke Sektor Pertanian

Mulanya, kata Bhima, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung itu menggunakan skema pendanaan business to business.

Namun karena adanya indikasi dept trap, kini sistem pendanaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung langsung berubah menjadi skema pendanaan APBN.

“Salah satu indikasinya adalah ini awalnya (proyek dengan skema) business to business kemudian menjadi pendanaan APBN dengan pembengkakan biaya yang sangat luar biasa,” ungkap Bhima.

Bhima menuturkan, jebakan Cina itu akan semakin nyata terlihat oleh rakyat Indonesia, apabila proyek kereta cepat Jakarta-Bandung mengalami kenaikan biaya yang signifikan.

Baca Juga: Bukan Main, Ini 7 Bintang Drakor Bayaran Tertinggi, Posisi 2&3 Diraih SongSong Couple, per Episodenya Rp2,4 M!

“Ketika proyek mengalami masalah, atau proyek mengalami kenaikan biaya yang luar biasa, maka ini akan menjadi jebakan utang,” jelas Bhima.

Dari hal itulah, masyarakat akan melihat kemampuan bayar Indonesia yang sebenarnya.

Apabila Indonesia tidak mampu membayar, maka pemerintah Indonesia tidak mempunyai pilihan selain berutang ke Cina.

“Hal ini disebabkan Indonesia kemampuan bayarnya melemah dan mau tidak mau harus meminta pinjaman lagi. Di sinilah debt trap bekerja,” tuturnya.

Dari penjelasan di atas, Bhima semakin yakin bahwa keberadaan jebakan Cina ini akan sangat merugikan Indonesia khususnya di sektor ekonomi.

Baca Juga: Ganti PPKM yang Dibatalkan, Tito Sebut Pemerintah Terapkan Pembatasan Nataru, Pengamat: Rakyat Makin Bingung

“Debt trap sangat merugikan perekonomian Indonesia,” kata Bhima.

Dengan kata lain, rakyat Indonesia akan beralih peran menjadi penanggung beban utang pemerintah atas proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dalam kurun waktu beberapa puluh tahun ke depan.

“Dengan adanya debt trap, warga negara Indonesia yang akan menanggung beban utang dan pengalihan aset dalam beberapa puluh tahun ke depan,” pungkasnya. ***

Editor: Noval Anwari Faiz

Sumber: YouTube tvOneNews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x