Riset: Ujaran Kebencian dan Serangan Netizen di Media Sosial Selalu Muncul Meski Postingan Bersifat Netral

- 2 Februari 2022, 09:55 WIB

GALAJABAR - Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Atwar Bajari, M.Si., melakukan riset mengenai fenomena ujaran kebencian pada komentar di media sosial di Indonesia, khususnya Facebook.

Dalam melakukan riset, Prof. Atwar berfokus pada dua isu, yaitu seputar Pilpres 2019 dan penanganan pandemi Covid-19. Ia menganalisis 11.504 komentar dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif untuk melihat seberapa jauh ujaran kebencian tersebut muncul dalam ruang media sosial.

Di media sosial Facebook, Prof. Atwar menemukan bahwa ujaran kebencian dari kolom komentar suatu akun cenderung dua arah. Sebagai contoh, ketika kelompok pro-pemerintah melemparkan satu isu tertentu, maka pihak lain, dalam hal ini oposisi, akan melawan isu tersebut.

Baca Juga: Persib Bandung vs PSM Makassar, Maung Bandung Siap Lakoni Pertandingan, Ini Strategi dan Harapan Pelatih

“Jika saya perhatikan, komentar ini seolah-olah seperti obrolan yang secara langsung,” ujarnya.

Menariknya, kendati status yang diunggah kelompok tersebut bersifat netral, atau tidak ada tendensi yang mengarah ke isu tertentu, komentar yang bernada ujaran kebencian tetap dapat ditemukan.

“Terkadang akun-akun pro-pemerintah atau oposisi tidak selamanya melemparkan kritik, tetapi pada praktiknya tetap saja bisa menimbulkan serangan dalam bentuk kata-kata yang menyinggung dalam bentuk komentar netizen,” papar Prof. Atwar.

Sementara pada isu penanganan Covid-19, Prof. Atwar memetakan 10 isu unggahan di Facebook. Pemetaan isu tersebut dilakukan terhadap akun pro-pemerintah dengan akun oposisi. Nyatanya, hampir setiap unggahan akan menimbulkan respons ujaran kebencian.

Baca Juga: Jadwal Lengkap Pertandingan Persib vs PSM Makassar: Berbekal Motivasi Tinggi, Lanjutkan Tren Menang!

Beberapa isu yang memiliki ujaran kebencian tertinggi adalah pada respons pada pemerintah lokal, kebijakan protokol kesehatan, hingga isu-isu agama tertentu.
“Komposisinya tidak jauh berbeda. Apapun yang dituliskan oleh admin (dua akun tersebut), selalu menimbulkan ujaran kebencian walaupun dalam jumlah sedikit,” imbuhnya.

Halaman:

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x