Mengenal Mata Uang Dinar-Dirham, Ciri Khas Sistem Ekonomi Islam

4 Februari 2021, 18:59 WIB
Mata uang dinar (emas) dan dirham (perak). /Twitter/@haryelta/

GALAJABAR– Sepekan terakhir ini publik dihebohkan dengan  praktik Pasar Muamalah di Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat yang transaksinya menggunakan dinar dan dirham.

Sebagaimana diketahui bahwa dinar adalah emas dan dirham merupakan perak. Keduanya benar-benar berbeda dengan mata uang kertas (fiat money) pada umumnya.

Mata uang dinar dan dirham sudah menjadi alat transaksi bahkan sebelum Islam datang. Namun Rasulullah pun menetapkan dinar dan dirham sebagai alat tukar sehari-hari dalam bertransaksi.

Baca Juga: Ngeri! Inilah 5 Diktator Terkejam di Dunia

Selain sebagai alat transaksi jual beli, dinar dan dirham memang sudah Rasul tetapkan sebagai penebus denda (diyat) bagi pelanggar syariah.

“Di dalam (pembunuhan) jiwa itu terdapatdiyat berupa 100 unta, dan terhadap pemilik emas (ada kewajiban) sebanyak 1.000 dinar.” (HR. An-Nasa’I no. 4770; Ibnu Hibban no. 6677).

“Tangan itu wajib dipotong, dalam kasus pencurian ¼ dinar atau lebih.” (HR. Bukhari no. 6291; Muslim no. 3191).

Baca Juga: Antam Luncurkan Emas Batangan Edisi Imlek, Dijamin Cocok untuk Angpau

Allah pun melarang orang-orang untuk menimbun emas dan perak. Artinya larangan ini berkaitan dengan fungsi keduanya sebagai alat tukar (medium of exchange) agar beredar dalam transaksi, bukan ditimbun (kanzul mal).

“Dan orang-orang yang menimbun emas dan perak, serta tidak menafkahkannya di jalan Allah (untuk jihad), maka beritahukan kepada mereka (bahwa mereka akan mendapatkan) azab yang pedih.” (TQS. At-Taubah: 34)

Imam Abdul Qadim Zallum di dalam kitabnya berjudul ‘al-Amwal fi Daulah al-Khilafah’ menjelaskan asal mula perhitungan soal bobot dinar dan dirham.

Baca Juga: Satgas Penanganan Covid-19 Puas dengan Penerapan Prokes di Stasiun Cimahi

Di dalamnya dijelaskan mengenai berbagai satuan ukuran seperti mitsqaldaniq,qirathuqiyah dan gram. Hasilnya 1 dinar sama dengan 4,25 gram dan 1 dirham sama dengan 2,975 gram.

Kemudian Imam Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitab ‘Nidzam al-Iqtishady fi al-Islam’ menyebutkan keunggulan dari sistem mata uang dinar dan dirham.

Beberapa keunggulan itu diantaranya nilai intrinsiknya benar-benar berharga, bersifat tetap dan stabil, neraca keuangan terjaga dengan memperbaiki defisit neraca pembayaran internasional.

Baca Juga: Surya Saputra, Pemeran Papa Surya di Sinetron Ikatan Cinta, Ternyata Pernah Main Film Kontrovesial lho !

Selanjutnya tidak rentan terhadap inflasi, nilai tukar di antara mata uang asing stabil, kekayaan emas dan perak setiap negara terpelihara, menutup upaya pelarian emas dan perak dari suati negeri ke negeri lainnya.

Kelemahan mata uang kertas (fiat money) saat ini bisa dirasakan dengan terjadinya krisis moneter dunia, salah satunya pada 1998 dan 2008.

Mata uang kertas tidak memiliki nilai intrinsik, karena hanya terbuat dari material kertas, meski nilai ekstrinsik yakni angka nominalnya besar.

Baca Juga: Asrama Haji Bekasi Jadi Pusat Isolasi Covid-19

Hal lainnya yang terjadi pada mata uang kertas adalah sangat rentan terkena inflasi. Nilainya semakin menurun terhadap barang. Maka jangan heran harga barang seolah semakin naik, padahal hakikatnya nilai uang yang semakin menurun.***

Editor: Dicky Mawardi

Tags

Terkini

Terpopuler