Bermata Biru, Orang-orang Minangkabau Ini Memiliki Cerita Mengharukan

- 24 November 2020, 13:57 WIB
Warga Sumatera Barat bermata biru
Warga Sumatera Barat bermata biru /Antara/Iggoy el Fitra

GALAJABAR - Orang Indonesia dikenal bermata coklat. Namun di Sumatera Barat, ada sejumlah orang yang bermata biru.

Mereka yaitu orang-orang yang bersuku Minangkabau itu memiliki mata biru yang merupakan turunan dari keluarga mereka.

Mereka adalah orang-orang yang memiliki sindrom Waardenburg, sindrom langka yang menyebabkan gangguan pendengaran, perubahan warna mata, kulit, rambut, dan bentuk wajah.

Baca Juga: Dua Pemain Timnas U-19 Dipulangkan Karena Indisipliner

Dikutip galajabar dari Antara, orang dengan kondisi ini biasanya memiliki iris mata berwarna biru atau berbeda warna (Heterokromia iridium), seperti satu biru dan satu hitam atau coklat.

Nama sindrom ini diambil dari nama D.J. Waardenburg, dokter mata asal Belanda yang pertama kali mengidentifikasinnya pada tahun 1951.

Dokter Alana Biggers, lulusan Universitas Illinois Chicago, Amerika Serikat mengatakan, Sindrom Waardenburg adalah kondisi genetik langka, yang hanya diderita oleh 1 dari 40.000 orang di dunia.

Anak Sumatera Barat bermata biru
Anak Sumatera Barat bermata biru Antara/Iggoy el Fitra


Orang dengan sindrom ini biasanya mengalami gangguan pendengaran di salah satu maupun di kedua telinganya.

Selain itu mereka juga tidak mampu melihat cahaya yang sangat terang, tapi bisa melihat benda meskipun dalam kondisi gelap.

Baca Juga: Masih Ingat Manohara? Omzet Pasar Baru Bandung Sempat Turun Gara-gara Model Cantik Ini

Seperti yang dialami dua anak laki-laki di Jorong Kubang Rasau, Nagari Balai Panjang, Kabupaten Limapuluhkota, Sumatera Barat.

Fahri (9) dan Gofar (4), keduanya memiliki warna iris mata biru, dan sebelahnya berwarna cokelat. Mata biru mereka indah seperti berlian, tapi mereka mengalami gangguan pendengaran sejak lahir.

Orangtua Fahri dan Gofar, Yulia Eliza (29), yang memiliki iris mata berwarna cokelat terang itu mengaku kondisi ekonomi keluarganya serba kekurangan sehingga tidak mampu untuk membeli alat pendengaran untuk anaknya.

Baca Juga: Pemerintah Buka Kesempatan Guru Honorer Ikut Seleksi PPPK, Berikut Ini Cara Mendaftarnya

Yulia mengaku, dokter pernah menyarankan kepadanya agar diberi alat pendengaran seharga Rp24 juta per unit atau dioperasi dengan biaya Rp500 juta untuk kedua anaknya.

Namun akhirnya Yulia hanya bisa pasrah menolak kedua tawaran tersebut, karena dirinya tidak memiliki uangyang cukup untuk keperluan itu.

Hal serupa dialami oleh Dani (6,5) dan adiknya, Alika (2,5), warga Jorong Padang Data, Nagari Simawang, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini, Selasa 24 November 2020 Stagnan

Mereka berdua memiliki mata biru tapi mengalami gangguan pendengaran sejak lahir.

Orangtua dari kedua anak tersebut, Jainal (33) mengaku, menerima saran dokter agar menyekolahkan Dani setahun lagi di SLB.

Setelah itu, baru ditinjau kembali apakah sudah bisa menggunakan alat dengar atau belum.

Halaman:

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x