Dead Apple: Without Me (Chapter 4)

- 24 Desember 2020, 09:42 WIB
Ilustrasi seseorang memegang apel untuk buka puasa weton.
Ilustrasi seseorang memegang apel untuk buka puasa weton. /PIXABAY/congerdesign



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, sesaat setelah Sakaguchi Ango menyatakan Dazai Osamu sebagai tersangka dan meninggalkan Hana.

Nakahara Chuuya datang untuk membantu. Tapi siapa yang menyangkan bahwa orang yang sedang Ango cari tiba-tiba muncul di hadapan Diana.

Dazai menemui putrinya sebelum kembali pergi. Dazai juga mengakatan bahwa benar ia akan mengkhianati istri dan putrinya sendiri.

Sebelum ia kembali meninggalkan Hana, Dazai memberi teka-teki yang harus Hana pecahkan.

“Jantung yang ada di kepala.”

Selamat menikmati kisah lanjutan manga karya Sadrina Suhendra.

Baca Juga: Madrid vs Granada, Benzema Lengkapi Kemenangan El Real

“Untuk apa kita bersulang hari ini?” tanya Dazai seraya mengangkat gelas alkoholnya.

“Apa kita tidak akan menunggu Ango?” Dalam gelapnya kenangan, Dazai bisa mendengar suara Odasaku.

“Pernah dengar istilah Apel Kematian?” tanya Dazai untuk mengobati bosannya saat menunggu satu insan Tuhan lagi.

“Maksudmu Cinderella?” Terkadang orang sepintar Odasaku bisa sangat bodoh saat ditanya tentang dongeng pengantar tidur anak kecil.

Odasaku hanya meneguk sedikit minumannya.

“Cinderella?” pikir Dazai yang mengira kalau Odasaku salah menyebut nama orang yang sedang mereka bicarakan.

Baca Juga: Everton vs Man. United, Setan Merah Melenggang ke Semifinal Piala Liga Inggris

“Sepertinya bukan. Yang memakan apel beracun itu Putri Salju, loh! Lagi pula, itu bukan kasus bunuh diri.”

“Begitu,” jawab Odasaku singkat.

“Tapi, tunggu!” Sepertinya pikiran aneh dan rumit Dazai sudah kembali.

“Mungkin itu memang kasus bunuh diri. Mungkin dia sengaja mengigit apel tersebut karena dia tahu itu beracun.”

“Kenapa?”

“Keputusasaan,” jawab Dazai. “Mungkin itu semacam keputusasaan yang samar karena ibunya."

Baca Juga: Diprediksi 95.675 Kendaraan Melintas di Tol Cipali pada Libur Natal dan Tahun Baru

"Mungkin karena ia berpikir dunia tidak adil.Kalau itu memang kasus di dunia nyata mungkin itu akan sangat menyenangkan,” tutur Dazai sambil tersenyum.

“Aku bertemu seseorang belakangan ini. Dia bisa membuat orang-orang bunuh diri hanya karena sebuah apel. Itu akan jadi kasus yang sangat populer di Yokohama suatu hari nanti.”

“Soal bunuh dirinya?”

“Benar,” jawab Dazai dengan senyuman yang manis lagi menakutkan. “Itu pasti akan sangat keren!”

Odasaku menatap Dazai lalu mengangkat kedua bahunya.

“Kau itu aneh sekali. Pikiranmu selalu menari-nari.” Setelahnya, Odasaku menatap ke arah tangga. “Ango telat sekali,” gumamnya.

Baca Juga: Kandidat Presiden Barcelona Memilih Merobohkan Stadion Camp Nou, Ini Alasannya

Semua kenangan kabur tersebut langsung kembali pada atmostfer hangat nan sunyi dari bar tersebut.

Dazai kembali pada kenyataan yang ada. “Ango tidak akan datang.” Seakan ada di sana, bola es pada gelas alkoholnya berdenting, menjawab perkataan Dazai.

“Odasaku, apa yang kau katakan itu benar. Berada di sisi mereka yang menolong itu sangat indah,” ucap Dazai.

Ia menyimpan gelas tersebut. “Tapi hanya jika tujuannya untuk bertahan hidup.”

Dazai mengambil sebuh pil yang ada di samping gelasnya dan menyimpan pil tersebut di lidahnya. Ia berdiri. “Aku duluan, Odasaku.”

Baca Juga: Tim Gabungan Polres Cianjur dan Jihandak Polda Jabar Sterilisasi 15 Gereja

Dazai keluar dari bar sunyi tersebut hanya untuk disapa oleh seseorang dengan pasukan bersenjata. “Dazai,” panggil orang tersebut.

“Oh, Ango. Kau di sini?” Dazai memunggungi Ango. “Apa kau berniat untuk minum?”

“Tidak, aku sedang bekerja,” jawab lelaki yang ternyata adalah Ango. Ia telah menemukan dimana Dazai dan kini ia ada di hadapannya.

“Bekerja?”

Kedua bawahan Ango menodongkan senapan mereka pada Dazai. “Kau yang membawa Shibusawa kembali ke Yokohama, bukan?”

Dazai berbalik dan menatap Ango dengan tajam, meminta kejelasan serta bukti dari tuduhan tersebut.

Baca Juga: Pemkot Cimahi Wajibkan Pendatang dan Wisatawan Menunjukan Hasil Rapid Test Antigen

“Apa kau berniat untuk melakukan pembunuhan massal di sini?” tanya Ango.

Tidak lama, manik indah Dazai menangkap sebuah bayangan hitam di belakang Ango. Dazai menyeringai. “Tangkap aku jika kau bisa.”

Dengan itu, kabut putih yang tebal menelannya. Ia menghilang bersamaan dengan kabut tebal yang menutupi setiap sudut Yokohama.

Di gelapnya kabut yang paling dalam, luka lama dari masa lalu kembali terbuka.***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah