Mereka yang Kau Tulis (Chapter 3)

- 23 Januari 2021, 08:39 WIB
 ilustrasi menulis
ilustrasi menulis /pixabay



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, Leona kebingungan dengan perintah kakaknya untuk berdandan rapi dan cantik.

Tapi di sisi lain, instingnya memang memintanya untuk berpenampilan sempurna.

Sementara itu, adiknya, Leon yang mengetahui apa yang akan terjadi tidak dapat melakukan apa-apa dan hanya bisa berdoa.

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.

Semua orang yang berada di aula tamu langsung berdiri sesaat setelah mereka melihat Leona dan Leon.

“Leona, ini Laksamana Muda Angkatan Udara Militer negara kita, William Giovanni.”

Leo yang kini merupakan Kepala Keluarga Rouen pun langsung memperkenalkan William pada Leona.

Baca Juga: Selain Bayam, Berikut Ini Sejumlah Sayuran yang Dapat Memperlancar ASI

Leona mengangguk dan menoleh untuk melihat pria yang baru saja kakaknya kenalkan.

Anehnya, Leona merasa tidak asing dengan pria bernama William itu.

“Nona Rouen, suatu kehormatan bisa bertemu Anda,” sapa William seraya membungkuk.

“Dan William, ini adikku, Leona Rouen.”

“Tuan Giovanni, suatu kehormatan pula bagi saya bisa bertemu dengan Anda,” balas Leona.

Setelah sesi pengenalan diri, Leon membantu Leona untuk duduk di sofanya.

Leona bisa melihat William ditemani sepasang insan Tuhan yang sudah tidak muda lagi, menebak bahwa itu orangtuanya.

“Kakanda, ampuni kelancanganku ini tapi, boleh aku bertanya untuk apa semua pertemuan mendadak ini?”

Baca Juga: PSG vs Montpellier, Brace Mbappe Plus Gol Neymar dan Icardi Bawa Les Parisiens ke Puncak

Leo menatap adiknya dengan serius. “Leona, William Giovanni akan menjadi,”

Leo terhenti sejenak, membuat Leona menunggu lanjutan dari kalimat kakaknya itu. “Calon suamimu.”

Bara api dalam manik Leona memadam. Sorot pandangannya langsung menggelap.

“Kakanda, aku tidak pernah setuju bahkan diberi tahu akan hal ini!” pungkas Leona yang sedikit berteriak.

Leo menghela napasnya dan Leon mengigit bibir bawahnya karena gugup. Keduanya tahu ini akan terjadi.

“Leona, kau sudah menginjak usia seharusnya menikah dalam keluarga kita. Jika kau tidak bisa menemukan seseorang untuk memperistrimu, maka aku yang akan mencarikannya untukmu,” jelas Leo dengan sangat tegas.

Baca Juga: Truk Pengangkut Batu Terguling di Dekat Terminal Cicaheum, Lalu Lintas Sempat Tersendat

“Tapi tidak secepat ini. Cinta tidak boleh diburu-buru. Aku yakin Kakanda paham dengan konsep itu!” Leona berusaha untuk beralasan.

“Ini bukan tentang kau saja, Leona!” tegas Leo. “Semenjak Ayahanda dan Ibunda tiada, aku yang mengurus semua hal tentang keluarga ini. Tolong pahami hal itu!”

Leona langsung berdiri. “Harga diri lagi?! Apa semuanya harus tentang harga diri keluarga kita?!” Leona berusaha mengatur napasnya.

“Sudahlah! Andai Ibunda ada di sini!” ia sadar dengan apa yang baru saja ia katakan. “Aku permisi,” pamit Leona.

“Ayunda!” panggil Leon seraya berdiri setelah kakak perempuannya itu membanting pintu aula tamu.

“Leon, tidak perlu dikejar,” ujar kakak sulungnya seraya memijat pelipisnya, merasa pusing dengan kejadian yang padahal sudah ia prediksikan.

“Tapi, Kakanda. Ayunda akan-“

“Dia akan baik-baik saja, Dia hanya butuh sedikit waktu.”

Baca Juga: Hakim Olahraga Italia Batalkan Kemenangan AS Roma, Malah Diputuskan Kalah

Leo menghadap pada William dan keluarganya. “Maafkan kami atas perlakuan dan perkataan adikku. Dia sepertinya sangat terkejut.”

William hanya tersenyum.

“Tidak apa, Leo. Lagi pula, kita sudah memprediksikan ini akan terjadi.”

Sesaat setelah ia memasuki kamarnya, Leona melepas riasan rambut yang ia gunakan, membiarkan surai benangnya terurai bebas.

Ia menatap riasan tersebut kemudian menatap keluar jendela. Kini ia tahu alasan sesungguhnya mengapa Leo memintanya menggunakan riasan yang pernah ibunya gunakan saat bertunangan dulu.

Karena hari itu dia akan dijodohkan dengan seseorang. Air mata jatuh ke pipinya.

Tidak berselang lama, Leona mendengar ketukan pelan pada pintu kamarnya. “Leona, boleh aku masuk?”

Leona mengenali suara itu. Suara yang mungkin saat ini tidak ingin ia dengar. “Masuk,” lirih Leona, namun cukup untuk orang itu dengar.

“Sudah selesai melampiaskan kekesalannya?” tanya orang tersebut sesaat setelah ia memasuki kamar Leona. “Kalau sudah, aku ingin memberitahumu sesuatu?”

Baca Juga: Kang Emil : Pemprov Jabar Siapkan Skenario Vaksinasi Covid-19

“Tentang apa?! Tentang pernikahanku?!” Leona nampaknya masih sangat kesal.

“Leona, aku tidak menyukai sifat kekanak-kanakanmu ini!” tegas orang itu.

“Permisi, Kakanda. Sifat bagaimana yang kau harapkan saat kau tiba-tiba menyuruhku menikahi orang yang bahkan tidak aku kenal?!”

Benar, orang yang sedang berbicara dengan Leona adalah kakaknya, Leo. “Andai ada yang bisa aku lakukan soal itu,” lirih Leo.
“Setidaknya, dengarkan aku. Kau tidak perlu menuruti semuanya.”

“Aku selalu bisa melakukan apa yang Ayahanda perintahkan. Jika ada masalah pun aku selalu bisa mengatasinya."

"Tapi sebagai laki-laki, ada satu beberapa hal yang tidak bisa asal aku kerjakan dan turuti. Salah satunya adalah permintaan terakhir Ibunda.”

Mendengar nama itu dari kakaknya, Leona sedikit tersentak.
“Permintaan terakhir Ibunda?”

Bersambung...***

Editor: Brilliant Awal


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah