Benang Merah: Harapan dan Keistimewaan (Chapter 1)

- 18 Februari 2021, 09:05 WIB
 Pemandangan Sydney Opera House di Australia.
Pemandangan Sydney Opera House di Australia. /Unsplash/Johnny Balla/

GALAJABAR - University of Sydney mungkin menjadi salah satu kampus impian para pelajar zaman sekarang. Termasuk bagi Ruby Sianturi Amanda. Dua puluh dua tahun berlalu sejak hari dimana benang merah kedua insan Tuhan terhubung.

Itu menjadi kebahagiaan paling bermakna di antara hamparan langit dan dataran bumi.
“Amber, Mama berangkat dulu, ya?”
“Iya, hati-hati, Ma!” ingat putri bungsunya itu, Amber Sianturi Amanda.

Sementara itu, pintu di belakang Amber terbuka, menampakan pria yang usianya sudah melebihi setengah abad. “Mau kopi?” tawar Amber.
“Boleh,” gumam sang ayah yang langsung berjalan ke kamar mandi.

Sebelum itu, Amber menatap ke dalam kamar orangtuanya itu. Ia bisa melihat potretan berbingkai putih yang diambil tepat sekitar dua puluh dua tahun yang lalu.

Baca Juga: 7 Tempat Sarapan Enak di Bandung, Raos Pisan Euy!

Potretan itu menampakan seorang wanita bergaun putih dan pria dengan setelan hitamnya yang rapi. Di pojok potret tersebut terdapat tulisan ‘ERWIN DAN NIA’. Amber hanya bisa tersenyum saat mendengarnya.

Selepas membuat kopi kesukaan ayahnya itu, Amber menaruhnya di atas meja sudut. Aroma kopinya yang menenangkan menyebar ke seluruh ruangan.

“Mamamu?” tanya Erwin pada putrinya itu.
“Udah berangkat. Katanya mau ketemu sama Tante Nina,” lapor Amber.
“Kakakmu udah ngasih kabar?” tanya Erwin lagi.
“Kak Ruby nelpon tadi malem. Katanya dia lagi minggu-minggu persiapan ujian.

Terus di klubnya lagi ada projek gede jadi dia kayaknya bakal sibuk banget.”
Erwin pun ber-oh-oh ria sebelum menyeruput kopinya.

Baca Juga: Flashback 18 Februari; Planet Pluto Ditemukan Pertamakali

Halaman:

Editor: Digdo Moedji


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah