Alice dan Dua Pasukan Negeri Ajaib (Chapter 8)

- 1 April 2021, 10:42 WIB
tower bridge london
tower bridge london /pixabay/


GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, masalah mulai datang saat mendekati titik rawan. Pasukan Merah berusaha sebisa mungkin untuk melindungi Alice. Namun, Alice malah ingin bertarung?

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.

“Izinkan aku ikut bertempur,” lirih Alice cukup terdengar oleh Kyle dan Jonah. Keduanya membulatkan manik mereka masing-masing.
“Alice, apa yang-” baru saja berniat protes, Kyle langsung dihentikan oleh Jonah.
“Alice, apa kau tahu posisimu sekarang?!” tanya Jonah dengan tegas. Alice hanya mengangguk. “Kalau begitu, keselamatanmu adalah segalanya. Negeri Ajaib tidak akan bisa tenang jika kau mati atau menjadi tahanan Menara Sihir lagi. Mengertilah!” pinta Jonah dengan sangat halus.

Baca Juga: Kapolri Ungkap Identitas dan Kronologi Penyerangan di Mabes Polri: Pelaku Seorang Wanita, Simpatisan ISIS


Alice mengerat pada tali kendali kuda Kyle. “Tapi aku akan menjadi lambang perdamaian Negeri Ajaib. Kalau aku tidak menegakan perdamaian ini sendiri, aku tidak pantas mendapat gelar ini!” tegas Alice. “Cukup konflik yang kalian, yang Pasukan Merah dan Pasukan Hitam ciptakan yang bisa merusak kedamaian Tanah Buaian! Aku tidak akan membiarkan konflik lainnya terjadi di sini!”
Meski sangat berbahaya, Alice memaksakan diri untuk menuruni kuda yang ia tunggangi dengan Kyle. “Tunggu, Alice!” tapi gadis itu tidak mau mendengar, membuat Kyle terpaksa memperlambat laju kudanya agar Alice tidak terluka saat melompat turun.
“Tsk! Alice, tunggu!” panggil Jonah.
Alice berlari kembali menuju tempat Lancelot dan Edgar di kepung oleh musuh. Namun, Alice justru malah di kepung oleh lima hingga enam orang berjubah yang bisa ia tebak adalah murid sihir bawahan Amon Jabberwock.

Baca Juga: Pemerintah Tolak Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang, Max Sopacua: Bukti Pemerintah Tak Ikut Campur


“Siapa yang menyuruh kalian untuk melakukan semua ini?!” tanya Alice dengan tegas. Alice bersiap untuk mengeluarkan belati yang ia sembunyikan di balik gaunnya.
“Bukankah Alice yang Tuan Jabberwock cari?” tanya salah satu dari mereka.
Alice mulai menarik belatinya.
“Kalau begitu, bukankah ini bagus? Orang yang kita cari justru malah menemukan kita duluan. Apa tidak sebaiknya kita tangkap segera dan menyerahkannya pada Tuan Jabberwock?”
Benar saja, Amon Jabberwock dari Menara Sihir menjadi dalang dari kekacauan ini.
“Kemarilah, gadis manis,” goda salah satu dari mereka.
Di saat itulah, Alice manarik belatinya dan menusuk prajurit yang berusaha untuk menangkapnya dari belakang. “Beruntung Edgar mau mengajariku sedikit teknik bertarung,” lirih Alice yang merasa bersyukur.

Baca Juga: Kecam Aksi Terorisme, PSI Jabar: Wabah Intoleransi Jangan Dibiarkan Merebak


Sementara itu, Lancelot dan Edgar sedikit kesulitan menghadapi bawahan Amon. “Aku tidak menyangka jumlah mereka akan melebihi jumpah pasukan kita,” gumam Edgar.
Kembali ke Alice, ia berusaha mati-matian untuk menghabisi keenam prajurit lawan. Wajar saja, dia hanya gadis yang terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah. Staminanya tidak terlatih untuk bertempur. Berbekalkan sedikit latihan dari seorang Edgar Bright saja, Alice sudah bersyukur bisa bertahan sejauh itu.
SYUTT!!! “Ahh!” Alice terkejut saat seseorang memanah dan mengenainya, membuat kain cadarnya terlepas dan pipinya tersayat.
CRAKK!!! Sebelum Alice bisa berbalik, si pemanah itu memanah belati yang Alice gunakan.
Sekali lagi, pemanah itu mungkin bisa menghabisi Alice. “Sial! Tamat riwayatku,” umpat Alice yang sudah siap untuk merasakan tajamnya mata panah menembus tubuhnya.
Namun, “Alice!” CRANGG!!!

Baca Juga: Kehancuran Keluarga Buwana di Tangan Kevin, Bu Farah Kaget: Sinopsis Buku Harian Seorang Istri 1 April 2021

Halaman:

Editor: Digdo Moedji


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah