Alice dan Dua Pasukan Negeri Ajaib (Chapter 19/Tamat)

- 16 April 2021, 08:13 WIB
tower bridge london
tower bridge london /pixabay/

GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, di saat Alice sedang berbicara dengan para tamu, perasaan tidak enaknya terus menghantui. Ia tidak tahu apa yang salah dengan dirinya, namun perasaan itu sangat mengganggunya. Saat itulah, seseorang mengirimkan sebuah naluri ancaman untuk Alice. Siapakah dia?

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.

“Padahal sudah berakhir,” lirih Alice lagi. “Padahal-“
Tiba-tiba saja, Alice merasakan angin dingin berhembus yang tidak orang lain rasakan berhempus padanya.
“Jangan pernah menatap cermin dalam kegelapan atau kau akan jatuh ke sebuah lubang. Alice, mungkin aku akan menjadi ancaman baru untuk kedamaian Negeri Ajaib. Saat waktunya tiba, saat aku bisa menyentuh manusia dan saat kau menemukan persembunyianku, saat itulah kau akan bertemu denganku, saat bayangan kita saling bertemu. Kau milikku, Alice.”

Baca Juga: Tersandung Narkoba, Aktor Sinetron Putri untuk Pangeran Ditangkap Polisi, Barang Bukti Narkotika Ditemukan


“Ha-” Alice terkejut. “Naluri apa… naluri milik siapa itu?” tanya Alice.
Alice terlalu banyak berpikir hingga ia tidak menyadari kalau ia terhuyung ke belakang karena efek samping dari penyampaian naluri itu.
“Alice!” DAPP!! Semua langsung mengalihkan pandangannya pada Alice yang menekan pelipisnya, baru menyadari rasa sakit yang menyerang kepalanya. Alice sudah bersandar pada seorang pria bermanik caramel.
“M-Mousse?” lirih Alice saat menyadari keberadaan diplomat sekaligus mantan Prajurit As Hati Merah sebelum Zero yang menjadi sandaran Alice saat itu.
“Ada apa?” tanya Lancelot dengan sedikit nada khawatir.
Alice hanya menggelengkan kepalanya. “Aku tidak apa. Hanya saja, seseorang baru mengirim sebuah naluri padaku,” jujur Alice.
“Apa itu ancaman?” panik Ray.
Alice tidak bisa membuat Lancelot dan Ray khwatair. Apalagi dalam suasana bahagia seperti ini. “Bukan, tenang saja!” Alice menepas kekhawatiran si Raja Hitam itu.
“Apa tidak sebaiknya kau kembali ke ruanganmu jika kau pusing?” tanya Mousse yang sudah menggenggam tangan Alice, menghindari kemungkinan Alice akan jatuh.
Alice menggelengkan kepalanya, tanda menolak. “Tidak, terima kasih. Aku masih harus menyapa tamu-tamu yang lain bersama Lancelot dan Ray,” tolak Alice.

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah, Buka Puasa, Waktu Salat di Wilayah Jabodetabek Jumat 16 April 2021


“Kalau begitu, duduk saja dulu. Nanti aku akan menyuruh seseorang untuk membawakanmu minum. Bagaimana?” tawar Mousse lagi dengan senyuman manisnya yang khas.
Alice menjawab senyuman tersebut dengan lemah. “Itu itu yang cukup bagus.”
Sementara itu, Ratu Putih tersenyum tipis saat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Alice. “Jadi begitu ya, Alice? Levie sudah sangat ingin bertemu denganmu. Liontin yang aku berikan padamu adalah buatan kelinci kesepian itu. Aku tahu suatu hari nanti, liontin itu akan menuntunmu padanya.”
Namun tidak lama, Ratu Putih mengerutkan keningnya. Manik seindah berliannya berubah menjadi berwarna merah dara, menandakan ia sedang menggunakan sihir. “Levie Castell, aku harap kau tidak melakukan hal di luar batasanmu!”
Sementara itu, di Tanah Cermin Negeri Ajaib…
“Ah, aku bosan!” gerutu seorang pria bersurai hitam dan putih. Ruangan cermin di sekelilingnya memantulkan dirinya, membuat ruangan tersebut seperti labirin. Ia memainkan pecahan-pecahan cermin yang ada di sekelilingnya, berharap itu bisa menghilangkan rasa bosannya.

Baca Juga: Bukan Korea Selatan, Ternyata 5 Negara Ini Punya Tingkat Operasi Plastik Paling Banyak Lho, Negara Mana Saja?


Namun, “Levie Castell, aku harap kau tidak melakukan hal di luar batasanmu!”
Pria bernama Levie itu langsung tersentak dan terbangun dari posisi tidurnya saat ia sebuah naluri menghantam benaknya.
“Tch, Ratu Putih sialan!” cibir Levie. Ia sudah merasa bosan dan kini Ratu Putih mengomelinya. Tentu saja, suasana hatinya semakin hancur.
“Tapi biar saja,” Levie berdiri dan berjalan menuju salah satu cermin di sana. “Biarkan mereka menikmati perdamaian ini sedikit lebih lama. Hingga bulan baru datang, di situlah aku akan mendapatkannya!”
Si Kelinci Hitam itu menyentuh cermin takdir yang kini sedang memantulkan segala kegiatan di Tanah Buaian. Jemarinya menyentuh pantulan wajah Alice. Ia menyeringai.
“Hingga saat itu, kau akan menjadi milikku, Alice!”***

 
 

Editor: Digdo Moedji


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah